Cerita Dewasa - Bermula dari kebiasaanku setiap pagi saya naik bus dari terminal dikawasan Jakarta timur. Sampai suatu hari ada seorang wanita yang naik bersamaan dengan saya. Saya perhatikan wanita ini tampak biasa saja, usianya saya perkirakan sekitar 21an, tetapi dengan setelan blazer dan rok mini yang ketat warna biru tua, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Hari itu dia naik bersama saya dan diluar dugaan saya, dia duduk disamping saya padahal ada bangku lain yang kosong.
Tapi okelah saya anggap itu adalah wajar tapi sungguh saya tidak berani menegur, kadang kala saya melirik ke arah pahanya yang putih dan sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Hal ini membuat saya betah duduk bersama dia selain juga wanginya membuat saya sangat bangga bisa duduk berdampingan dengan beliau. Begitulah hingga hari ketiga hal yang sama terjadi lagi dan kali ini saya coba mau menguji keberuntunganku, maka saya mulai menegur.
“Selamat pagi mbak”, tegurku padanya.
“Pagi juga”, si mbak cantik menjawab dengan senyum yang cantik dimata saya, lalu saya buka omongan.
“Kayaknya udah 3 hari berturut-turut kita barengan terus ya ? Ngomong-ngomong mbak mau turun dimana sih..?”, tanyaku.
“Di Sarinah mas”, jawabnya.
“Apa mbak kerja disana ?”, tanyaku basa-basi.
“Oh tidak, saya kerjanya dekat Sarinah”, jawabnya sekenanya.
Lalu terjadilah percakapan biasa meliputi kemacetan lalu lintas.
“Kalau kamu kerjanya dimana ?”, tanyanya.
“Saya kerjanya dibagian komputer mbak”
“Ohh pas banget, kantor saya juga banyak pakai komputer. Bole dong minta kartu nama kamu, barangkali butuh teknisi komputer saya bisa hubungi kamu”
Maka sayapun memberikan kartu nama saya. Tapi waktu saya minta kartu namanya, dia tidak kasih dengan alasan tidak punya. Ternyata hari ini adalah hari baik saya dengan segera saya tau namanya “Anis” (samaran). Setelah dari itu, kami selalu bersama tiap pagi dan telepon pun mulai berdering dengan segala basa basi.
Suatu ketika, saya tidak melihat dia selama 5 hari berturut, saya sempat menunggu sampai telat tiba dikantor, saya hubungi telepon dikantornya juga tidak masuk. Akhirnya dia telepon juga katanya sakit. Tepatnya hari Senin kita kembali bbertemu, kali ini tanpa mengenakan seragam hanya memakai celana jeans dan kaos T-shirt sehingga dadanya yang montok itu tampak jelas membuat perhatian orang-orang disekitar kami. Kali ini dia ajak saya untuk bolos.
“Mas saya butuh bantuan nih”, katanya.
“Ya, apa yang bisa saya bantu ?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor ya, temenin saya ke Bogor yuk ? Ya, kalau mas nggak keberatan sih”
Saya berpikir sejenak, lalu saya tanya lagi lagi.
“Memang kamu mau nggak kerja hari ini ?”
“Saya sedang ada masalah nih mas, ya agak pribadi sih… kira-kira bisa nggak mas ?”
Saya nggak pikir lagi, saya jawab langsung,
”Iya saya temenin deh…”, dalam hati sih, wah kasian ini customer saya yang udah pada di janjiin.
Dengan alasan keperluan keluarga saya ijin tidak masuk, saya jalan sama Anis kerumah temannya di Bogor. Setiba disana saya dikenalin sama temannya bernama Dewi, mereka bicara berdua dibelakang, sementara saya diruang depan seorang diri. Setelah itu mereka kembali lagi dan kita ngobrol bersama sama. Rupanya si Dewi punya janji dengan temannya kalau mau pergi jadi kita tinggal berdua saja dirumah itu, sambil ngobrol di karpet dan nonton TV, dengan manja Anis tiduran di pahaku, sambil bercerita macem-macem dan aku menjadi pendengar yang baik.
“Capek nggak mas ditidurin pahanya gini..?”, tanya Anis tiba-tiba.
“Ah nggak apa apa kok mbak…”, dalam hati sih pegel juga nih, udah itu batang kemaluan saya agak sedikit bangun gara-gara saya ngintipin dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separo (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol.
diluar dugaan dia tanya lagi , tapi kali ini nanyanya nggak tahu lagi iseng kali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama saya ?”, tanyanya mengejutkanku.
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, jawabku sekenanya.
”Biarin deh, bangunin aja pengen tahu, kayak apa sih…”, dia tersenyum sambil memegang batang kemaluan saya.
“Ya sudah bangunin saja…”, jawab saya pasrah sambil berharap hal itu beneran.
“Ah yang bener mas ?,kalau gitu buka dong biar aku bangunin…”
“Jangan disini mbak, nanti kalau mbak Dewi datang gawat…”
“Oh… tenang aja si Dewi pulang ntar sore, dia temen baik saya, saya sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah saya…”, katanya menyakinkanku.
“Ayo dong dibuka, katanya burungnya pengen dibangunin…”
Dalam keadaan duduk dan menyandar didinding ditambah lagi Anis yang tiduran tengkurap dikaki saya, jadi agak sedikit repot juga saya buka jeans saya. Cuma saya plorotin sampai batas paha saja.
”Ini sih masih tidur ya ? biar saya bangunin ya mass…”, katanya sambil mengenggam batang kemaluan saya.
Lalu mulai di kocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuat saya merasa geli tapi enak. Lalu ketika batang kemaluan saya mulai mengeras, dia makin mendekatkan wajahnya dan mulai mejilat dengan ujung lidahnya disekitar bagian bawah kepala kemaluan saya. Sekali-kali digigitnya kecil. Hal ini membuat saya merem melek.
“Mbak buka T-shirtnya dong…”, kataku
“Lho kenapa mas ?”, tanyanya.
“Pengen lihat saja…”, jawabku.
Lalu sambil tersenyum dia bangun dan mulai membuka ikat pinggang, kancing celana dan retsleting celana jeansnya. Sehingga perut bagian bawahnya tampak putih dan sedikit tampak batas celana dalamnya, lalu dia tarik T-shirt keatas dan dilepaskan. Sehingga dengan jelas saya lihat pemandangan indah dari dadanya yang montok uk 36, dan selanjutnya dia mulai menurunkan celana jeansnya. Sekarang tinggal pakai BH dan celana dalam saja.
“Oh… sungguh menakjubkan CD-nya yang mini sekali, betapa indah tubuh wanita ini montok dan sekel”, pikirku dalam hati.
Setelah itu kembali dia tiduran keposisi semula, tapi kali ini dia tidak hanya memainkan batang kemaluan saya, tetapi sudah mulai dimasukkan kedalam mulutnya. terasa lidahnya bermain diatas kepala kemaluan saya. Oh… nikmatnya, sambil membuka baju, saya mencoba mengangkat pantat saya agar lebih masuk. Rupanya dia tahu maksud saya, dia masukin full sampai ke tenggorokannya. Saya tidak pernah mengukur batang kemaluan saya sendiri tapi didalam mulutnya diujung batang kemaluan saya terasa sudah mentok dan masih tersisa diluar kira kira 2 ruas jari orang dewasa. Hingga membuat Anis sempat tersendak sesaat.
Aku pun segera berputar lalu merebahkan badan sehingga posisi sekarang 69, saya biarkan dia mempermainkan kemaluan saya. Sementara saya ciumin paha bagian dalam Anis yang mulus dan putih, sambil meremas bagian pantatnya yang masih tertutup celana dalamnya yang mini. Pelan-pelan saya tarik celana dalamnya, sampai terlihat dengan jelas bulu lebat disekitar kemaluannya yang kontras dengan warna kulitnya yang putih, begitu lebatnya sampai ada bulu yang tumbuh disekitar lubang duburnya.
Oh indah sekali panorama yang ada didepan saya, dan saya pun mulai menjilat vaginanya yang wangi sebab keliatannya dia rajin pakai shampo khusus untuk vagina. Pada saat itu terdengar suara merintih yang lirih,
“Oohhh… mas aku nggak tahan nih… Aaahhhh…”, desahnya tampak bersemangat.
Lubang kemaluannya mulai berlendir, buah dadanya mengeras. Akhirnya saya bangun dan langsung membalikkan tubuhnya, saya lepaskan juga BHnya, sehingga tampak tubuhnya yang montok dalam keadaan bugil. Saya perhatikan dari atas sampai bawah tampak sempurna sekali, putih, mulus, bulu kemaluannya tampak lebat. Waktu saya perhatikan itu, tangannya terus memegang batang kemaluan saya. Akhirnya saya renggangkan kedua pahanya dan saya angkat sehingga tampak jelas lubang vagina dan anusnya. Lalu saya tarik pelan-pelan batang kemaluan saya dari mulutnya dan merubah posisi. Saya peluk dia sambil menciumi bibir, leher, serta telinganya hal ini membuat dia terangsang.
“Mas… masukin saja mas… Aku sudah ga tahan mass…”, katanya dengan lirih.
Lalu saya bangun dan saya pandang dia, dan saya atur posisi kedua kakinya dilipat sehingga pahanya menempel di dadanya. Lalu saya jongkok dan saya pegang batang saya dan saya arahkan ke vaginanya, lalu saya tempelkan kepala kemaluan saya dan saya tekan sedikit demi sedikit, dan dia mulai merintih. Tangannya mencekram tanganku dengan kuat, matanya memejam, kepalanya bergoyang kiri dan kanan dan vaginanya basah kuyup. Hal ini membuat kepala pelirku basah, dan aku mulai berirama keluar masuk, tetapi hanya sebatas kepalanya saja. Kini dia mulai mencoba menggoyangkan pinggangnya dan mencoba menekan agar batang pelirku masuk total tapi aku bertahankan posisi semula dan mempermainkan terus. Akhirnya karena tidak tahan dia pun memohon
“Mas… Oohhh… masukin aja mas… Aahhh… nggak kuat nih mas…”, pintanya.
Akhirnya mulai aku mendorong batang kemaluanku perlahan tapi pasti, dengan posisi jongkok dan kedua kakinya berada diatas pundakku. Aku mulai menciumi dengkulnya yang halus itu, mbak Anis pun mulai menggoyangkan pinggangnya keatas dan kebawah. Kira kira 10 menit kemudian dia mulai merenggang dan gerakannya tidak stabil.
“Mas… Oohhhh… Ssshhh…”, rintihnya sambil membusungkan dadanya, tampak putingnya menonojol.
“Ayo mas… akhhh… terus… mas…”
Aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya, hal ini yang menyebakan mbak Anis “Orgasme” atau klimax, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya mengejang hebat.
“Mas… Ohhhhh… pssttt… Akh…”, nafasnya memburu.
Sesaat kemudian dia terdiam, akupun menghentikan goyanganku, aku tarik pelan-pelan batang kemaluanku dan setelah dicabut tampak ada bekas cairan yang meleleh membasahi permukaan vaginanya. Nafas mbak Anis pun tampak ngos-ngosan seperti orang habis lari. Akupun duduk terdiam dengan kemaluanku masih tegang berdiri, mbak Anis pun tersenyum. Sembari tiduran diatas kedua pahaku dengan rambutnya terurai dia memandangi batang kemaluanku yang masih berdiri, tangannya memegang kemaluanku.
“Mas ini enak sekali… diapaiin sih kok bisa segede begini ?”, tanyanya padaku.
“Ah… ini sih ukuran normal orang asia…”, jawabku.
“Tapi ini termasuk besar juga lho mas…”, katanya.
Aku hanya terdiam sambil aku mengambil sebatang rokok, dan aku menyulutnya, dan kulihat mbak Anis tetap mempermainkan batang kemaluanku.
“Kasih kesempatan 5 sampai 10 menit lagi ya mas, biar saya bisa nafsu lagi…”, katanya sambil mempermainkan batang kemaluanku.
Aku hanya menjawab dengan hanya menganggukan kepala dan terdiam.
Ronde kedua dimulai di rebahkan badanku lalu dia ambil posisi diatas badanku dia kangkangin kedua paha di pegangnya batang kemaluanku yang masih keras dan tegang lalu dimasukan kedalam lubang vaginanya. Dia pun mulai melakukan gerakan naik dan turun, seperti penunggang kuda. Kedua buah dadanya berayun-ayun lalu secara reflek aku pegang kedua putingnya dan aku pilin-pilin, membuat mbak Anis terangsang hebat, kira hampir 1/2 jam kemudian aku merasakan spermaku akan segera keluar. Segera aku balikkan tubuhnya dan aku pompa kembali vaginanya dengan nafsu. Mungkin mbak Anis merasakan batang kemaluanku berdenyut menandakan aku sudah ingin menyemprotkan sprema ku.
“Diluar aja ya mas… aku pengen liat mass…”, mbak Anis merintih tidak karuan.
”Aduh… mas… ohhh… enak mass… akhhh… masss…”
Akhirnya mbak Anis kembali orgasme, membuat vaginanya basah, hal ini membuat aku makin enak, akhirnya aku tak bisa menahan lebih lama spermaku yang sudah di ujung batang penisku siap menyemprotkan semuanya. Segera aku tarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada saat itu mbak Anis memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan diatas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring disampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi, untuk mandi bersama.
Dikamar mandi kami saling menyabuni, sambil aku meremas-remas kedua buah dadanya yang basah oleh sabun, mbak Anispun memainkan batang kemaluanku yang masih setengah tidur tapi masih aja mengeras, lama-lama aku tegang lagi karena permainan tangan mbak Anis dengan sabunnya.
“Mbak, tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa ?”
“Iya… saya senang kalau melihat kemaluan laki-laki yang akan segera mengeluarkan sperma…”
“Mas ini bangun lagi ya ?, tanyanya ketika melihat batang kemaluanku kembali mendongak keatas.
“Boleh masukin lagi nggak ?”, jawabku hanya mengangguk dan kembali bertanya.
“Tapi dari belakang ya mas…”, dia menjawab sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk.
Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. Aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lama-lama kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin aku gosok di batang kemaluanku, lalu aku genggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya. Terdengar desahan dan mulai menggerakkan batang kemaluanku maju mundur, nikmat sekali dan mbak Anispun tampak menikmati dengan menggerakkan pinggulnya kekanan dan kekiri. Kurang lebih 10menit mbak Anis kembali kepuncak kenikmatan, lendir hangat kembali membasahi batang kemaluanku.
”Keluar lagi mbak ?”
Ia hanya menganggukan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu mbak Anis terangsang lagi. Kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba kumasukan jari telunjukku kedalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan
“Ssstt… ah mas pelan-pelan”
Rintihan yang membuat aku semakin nafsu tiba-tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang keliatannya masih “Perawan” itu.
Kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan mbak Anis. Seketika itu kutempelkan kepala kemaluanku yang mengeras dipermukaan duburnya, kupegang batang kemaluaku sehingga kepalanya mengeras, aku mencoba menekan batang kemaluanku, karena licin oleh sabun maka kepala kemaluanku segera melesak kedalam.
“Akhhh… aduh masss… sssttt… ohh…”
aku berhenti sesaat, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin disitu mas…?”, tanyanya.
“Sakit nggak mbak….?, kualihakan dengan pertanyaan kepadanya.
Mbak Anis diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan tangan kiriku melingkar diperutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh, terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku. Permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku didalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang aku tekan batang kemaluanku sedalam mungkin. Tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku didalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun. Kami melepaskan nafas kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu mbak Dewi pulang, mbak Anispun tertidur di sofa karena kecapaian.
Ketika mulai senja ku lihat mbak Dewi pulang dan aku membukakan pintu, beliau bertanya,
“Mana si Anis ?”, dia bertanya.
Saya menunjukkan kepada mbak Anis yang sedang tertidur pulas karena kecapaian.
“Oh lagi tidur… capek kali ya ?, aku hanya diam saja dan mbak Dewi masuk kamarnya.
Tiba tiba aku ingin kencing dan aku kekamar mandi melewati kamarnya mbak Dewi. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, mbak Dewi sedang ganti baju, aku lihat dia hanya mengenakan celana dalam saja, tubuhnya bagus , putih bersih dan sangat berbentuk. Aku sesaat terpana dan ketika ia mengenakan baju, aku buru buru kekamar kecil untuk buang air kecil, dan waktu keluar dari kamar mandi, mbak Dewi tengah menunggu depan pintu. sambil tersenyum dia bilang
“Tadi ngintip ya ?”, tanyanya sambil tersenyum kepadaku.
“Boleh liat semuanya nggak ?”, tanyaku kembali sambil tersenyum kepadanya.
“Boleh aja, tapi nggak sekarang, nggak enak sama…” sambil menunjukkan tangannya kearah ruang tamu.
Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali keruang tamu dan membangunkan mbak Anis.
Akhirnya aku dan mbak Anis sering melakukan hubungan sex dengan berbagai style di motel, villa, kadang-kadang dirumahku sendiri. Ketika aku ingin kerumahnya beliau selalu melarang dengan berbagai alasan, ternyata mbak Anis ini sudah bersuami dan memiliki seorang anak, ini membuat aku sangat kecewa.
Disaat aku mulai benar benar mencintainya, dan mbak Anispun sebenarnya menginginkan hal yang sama, tapi beliau sudah terikat oleh tali perkawinan, hanya saja dia tidak pernah merasakan nikmatnya hubungan sex dengan sang suami. Saat jumpa denganku dia cukup lama mengambil keputusan untuk menjadikan diriku sebagai kekasihnya (PIL), katanya bersama saya dia menemukan apa yang dia inginkan (kata dia lho). Hubungan kami berlangsung setahun lebih sampai beliau pindah bersama suami ke Surabaya. Tapi aku yakin suatu hari aku pasti ketemu lagi. Oh mbak Anis sayangku, ternyata kamu milik orang lain, hingga saat ini aku masih berharap ketemu lagi. Setiap pagi aku masih setia menunggu kamu, walau tidak ketemu tapi kenanganmu masih tersisa dalam hatiku.
0 comments:
Post a Comment