Hubungan Sedarah

Percintaan Terlarang

Pemuasan Nafsu

Memuaskan Nafsu Indra

Cerita Dewasa 18+

kisah nyata yang di alami oleh beberapa orang

Cerita Sex

Kisah Sex yang membuat kamu jadi bergairah

Perselingkuhan

Perselingkuhan antara saudara sendiri, teman sendiri dan istri tetangga

Sunday, January 27, 2019

Cerita Dewasa - Ngentot Dengan Pak Lurah



Cerita Dewasa - Orang tuaku membuka bidang usaha baru yaitu kontraktor dan konstruksi dimana aku diberi tugas untuk mengelolanya. Awalnya aku menolak karena sama sekali tidak berhubungan dengan jurusan kuliahku dulu.

Tapi karena desakan ortu dan ada garansi ini untuk belajar akupun mengiyakan saja, apalagi banyak pegawai senior yang mendampingiku alhasil setiap hari aku hanya keluyuran tanpa tujuan yang jelas. Tender pertamaku adalah membuat sebuah jembatan di daerah terpencil di Ngawi. Huhhhh….pelosok banget, jauh dari kota pasti gak ada wanita cantik! Gumamku dalam hati.

Namun semua pikiranku itu hilang saat aku bertemu dengan Yuli (samaran) istri Pak Lurah Desa K.R.G yang sangat cantik alami. Awal cerita, Saat itu aku pergi kerumah Pak Lurah ingin mengajukan permohonan izin dan saat itu Yuli menyajikan secangkir kopi di meja tamu.

Seketika itu aku langsung terpesona dibuatnya. Bagaimana tidak, bodinya sangat aduhai terbungkus kulit kuning langsat khas orang desa. Iseng-iseng aku menanyakan sebuah rumah untuk dikontrak, soalnya di desa terpencil seperti ini Lurah bagaikan raja dan memiliki rumah lebih dari satu, pikirku. Dan ternyata benar, Pak Lurah menawarkan sebuah rumah untukku dan akupun langsung mengiyakan saja.

Rumahnya ada 3 dan aku sengaja memilih rumah kecil yang ada di tepian sungai, layaknya sebuah Vila gitu tapi imut karena hanya ada satu kamar saja. Sementara orang-orang yang lain aku minta kontrak di dekat jembatan yang akan dibangun.

Hari pertama tinggal dikontrakan aku gunakan untuk menggali informasi tentang Yuli yang ternyata baru 3 bulan menikah dengan Pak Lurah yang seorang Duda beranak dua. Usia Pak Lurah adalah 49tahun dan Yuli baru berusia 24tahun atau sama dengan anak pertama Pak Lurah yang bernama Andini, sedangkan yang satunya bernama Nina berumur 17tahun dan duduk dibangku kelas 2 SMA. Ketiganya sangat menarik perhatian saya, namun yang menjadi target pertamaku adalah Yuli karena aku lihat beberapa kali Dia mencuri pandang terhadapku.

Sore itu aku ingin banget mandi di sungai, air yang jernih dan batuan2 besar semakin membuatku ingin cepat-cepat menceburkan diri kesungai. Akupun membuka baju dan celana panjangku, hingga hanya menyisakan celana pendek boxer berwarna putih. Aku sangat menikmati suasana tersebut hingga tak terasa telah menjelang senja dan akupun bersiap untuk balik ke tempat kontrakan yang hanya berjarak 300 meter. Namun belum sempat memakai baju tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Yuli yang datang dari arah belakangku.

maaf Pak, kelihatannya ada….ada…. katanya malu-malu sambil menunduk. kelihatan apa…. tanyaku dengan nada agak keras kelihatan burung bapak gede…..ehhh gede….maaf kelihatanya ada tamu yang mencari bapak jawabnya semakin malu, ternyata Dia latah. kamu mau burung gedeku ini??? Kataku antusias. mau pak,…ehhh mau…mau….maaf Pak, kalau ngomong jangan keras-keras kalau saya kaget saya jadi latah pak! Jawabnya dengan muka memerah. Situs Domino

ini ambil aja burungku…. tantangku! maaf Pak, jangan diambil hati kata-kataku tadi….kalau latah aku jadi ngelantur! Jawabnya sambil lari menuju rumah, seperti anak kecil yang malu-malu mau!

Akupun kembali kerumah dengan hati yang berbunga dan berandai-andai yang nikmat-nikmat dengan Yuli. Ternyata yang datang mencariku adalah Pak Yanto, pegawai senior yang aku minta untuk menghandle semua kegiatan agar aku bisa fokus berburu kepuasan. Malam itu aku terbayang-bayang wajah ayu Yuli, hingga mata ini tidak mampu berkata tidak untuk terus berandai-andai. Tepat pukul 23:00 aku bejalan menuju kamar mandi yang berada dibelakang rumah utama (tempat tinggal Pak Lurah) tapi belum sampai dikamar mandi aku melihat Yuli yang hanya mengenakan daster putih transparan buru-buru masuk kekamar mandi.

Spontan aku langsung tiarap dan mengendap-endap mendekati kamar mandi untuk mengintip Yuli. woOw tenyata Yuli yang tanpa CD secepat kilat melepaskan dasternya dan sedang membersihkan memeknya dengan semprotan air selang. Seketika itu kont*lku mengeras sejadi-jadinya, terlihat jelas jembut lebatnya sangat kontras dengan pangkal pahanya yang putih.

Sekitar 5 menit aku menikmati pemandangan yang indah itu hingga Yuli keluar dari kamar mandi. Setelah beberapa langkah, Yuli berhenti dan memandang kearah rumah yang aku tinggali. Dia menengok ke sekeliling yang memang sudah sepi, dengan agak ragu dia melangkah pelan menuju ke kamarku. Dari sela jendela kayu dia mengintip kedalam,… tapi sepertinya dia kecewa karena kosong! Karena tidak mau membuatnya kecewa akupun melangkahkan kaki dengan pelan dan menyergapnya dari belakang serta membungkam mulutnya karena dia latah.

ssssssttttttt….diam jangan bersuara, Aku Adith…. bisikku menenangkannya. Dengan keadaan masih membelakangiku dan terbungkam mulutnya aku arahkan tanganya kearah kont*lku yang sudah menegeras di dalam sarung tanpa CD. Aku menuntun tangannya untuk mengurut, mengelus dan mengocok-kocok kont*lku sambil terus berbisik merayu dengan percaya diri.

ayo Yul, aku tahu kamu baru aja main sama Pak Lurah dan Aku juga Tahu bahwa kamu belum terpuaskan…. bisikku sambil merangsangnya dengan desahan-desahan ditelinganya. Yul, aku jamin kamu akan merasakan kepuasan dan kenikmatan yang belum pernah kau dapatkan…bisikku lagi sambil mengelus toket kenyalnya.

Kurasakan nafasnya semakin memburu dan kepalanya mengangguk tanda setuju. Pelan-pelan aku melepaskan bekapanku dan membalikkan badannya kearahku!

Tanpa menunggu waktu aku langsung menggendongnya masuk menuju kamarku dan diapun tidak protes hanya terdiam dengan mata terpejam.

Bapak pasti ketiduran kan?! Tanyaku singkat Yuli hanya mengangguk, menandakan tebakanku benar. Orang seumur Pak Lurah abis ngentot pasti ngorok! Heheheeeee…..aku tertawa dalam hati penuh kemenangan, ternyata Yuli sangat mudah ditaklukkan dan belakangan aku tahu kalau Yuli Cinta pada pandangan pertama terhadapku. Aku rebahkan tubuhnya dikasur dan aku lepaskan kaos serta sarungku dengan cepat hingga membuatnya terkagum-kagum melihat kont*lku. Aku buka pahanya lebar-lebar hingga dasternya terangkat keatas dan aku daratkan lidahku di memeknya yang becek. Aku jilat, aku hisap dan aku mainkan klitorisnya dengan lidahku.

Aku tebak, Pak Lurah kont*lnya kecil karena memek Yuli masih sangat sempit padahal baru dientot. Aku semakin bersemangat membangunkan gairahnya, sambil terus memainkan lidah aku remas kuat-kuat kedua toketnya dan aku pilin-pilin putingnya. Dengan cepat Yuli mendesah dan bergumam penuh kenikmatan.

oooohhhh….ooouuuhhhhhhhh…..enak banget Mas, aku belum pernah seperti ini! Desahnya Karena Yuli akan latah akupun mengubah posisi menjadi 69 dan melanjutkan jilatanku pada memeknya. Kurasakan ujung kont*lku tersentuh ujung lidahnya, lembut dan pelan membuatku meringis menahan geli dan ngilu. Hal yang sama dirasakan oleh Yuli yang terlihat mengejang dan menghimpit kepalaku dengan kedua pahanya. Dan terbukti, beberapa detik kemudian cairan orgasmenya meleleh dari memeknya. masukin yuk,….kamu nungging ya? Bisikku lirih Tanpa menjawab diapun menuruti permintaanku dengan tanpa malu-malu lagi. Kini kuarahkan kont*lku ke memeknya, menggesek-gesekan keatas kebawah di lekukan anus dan lipatan memeknya. Aku masukkan pelan-pelan kepala kont*lku dan mengambil ancang-ancang untuk menusuknya dalam-dalam.

BLESSSSSSSSSSSSSSSSS………..BLEEEEEEEEEEEEEEEEESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS………. Kont*lku mentok kedinding rahimnya diikuti pekik lirih dari mulutnya. benar-benar masih sempit dan keset bagian dalamnya. Dengan setengah memaksa aku goyangkan kont*lku maju mundur, lagi dan lagi…. terlihat jelas wajahnya meringis menahan perih dan nikmat yang mengaduk-aduk memeknya.

SLUUUPPPPP…..SSSSSSLUUUUUUUUUUUUUUUUPPPPPPPPPPPPP…… PLAK…PLAK…PLAAAAAAAAAAKKKKKKK….PLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKK……. Suara becek mulai terdengar mengiringi suara goyanganku menghantam pantat bohaynya yang sangat padat. Aku goyang….lebih cepat….lebih cepat lagi….terus dan terus…..hingga tanpa sadar tubuh kami dipenuhi peluh.

Tanpa menghentikan goyangan, aku angkat kaki kananya dan aku sangga dengan paha kananku. Hingga tubuhnya semakin goyah dan bergerak liar mengikuti goyanganku.

OOOOOOOOOUUUUUUUUUUUUUUGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH,……………….. Desahan panjangnya tak tertahankan seiring dengan orgasme keduanya. Hhhhmmmmmmmm….aku gak kuat mas, badanku lemas nih katanya merengek! Akupun menghentikan goyanganku dan mencabut kont*lku dari dalam memeknya yang banjir nikmat. Dengan masih terengah aku memaksanya berganti posisi diatasku,…. Dikocoknya kontolku dengan gemesnya dan kemudian mengarahkannya kedalam memeknya! ZZZZZZZLEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEBBBBBBBBBBBBBBBBBB……………

Kont*lku melaju cepat memasuki rongga memeknya, digoyangnya kont*lku ke kanan dan ke kiri, kedepan dan kebelakang, berbutar seperti goyang inul…..dengan cepat dan disertai oleh hisapan dan jepitan memeknya. Akupun meringis dibuatnya, seakan ingin membalas perlakuanku yang tadi Yuli kian mempercepat goyangannya…. Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh……pinter banget kamu Yul, aku ingin setiap malam merasaakan himpitan memekmu dan goyangan ngebormu! Desahku memujinya.

Dan sudah bisa ditebak, goyangan ngebornya membuat kont*lku kelojotan, seakan semua ototku mengejang dan 5 menit kemudian aku tidak dapat menahannya….. CROT….CROT….CROOOOOOOOTTTTTTTTTTTTTTTTTT………. Spermaku menyembur sejadi-jadinya memenuhi ruang dimemeknya, membuat Yuli terperanjat dari buaian kenikmatan.

kok dikeluarin di dalam sih mas? Tanya Yuli agak panik Aku langsung menarik tubuhnya kepelukanku dan melumat bibirnya bertubi-tubi, meredakan kepanikannya.

maaf sayang, goyangan kamu dahsyat banget….ini pertama kalinya aku nyemprot cepet dan gak bisa nahan kataku memuji dan merayunya.

cepet bagaimana, tuh lihaat hampir jam 1…. jawabnya sambil menaruh kepalanya di dadaku! Entah karena kecapean ato karena nyaman, kami ketiduran hingga menjelang subuh dalam keadaan setengah sadar aku melihat Yuli buru-buru bangun dan pergi kekamar suaminya dengan satu kecupan manis di keningku.

Cerita Dewasa Jilat Memek Wanita Yang Baru di Kenal



Cerita Dewasa - Kisah ini berawal dari perkenalanku dengan seorang cewek cantik bernama Lisa yang bermula dari chatroom. Waktu itu tahun 2015 dan aku masih duduk di tingkat 3 sebuah PTS di Medan dan usiaku masih 20 tahun. Sedangkan Lisa sudah berumur 22 tahun dan duduk di bangku kuliah tingkat akhir universitas swasta Jakarta Jurusan Teknik. Kala itu Lisa masih bekerja di perusahaan telekomunikasi swasta sebagai seorang programer.

Perkenalanku dengan Lisa semakin akrab walaupun kami tidak pernah ketemuan atau copy darat (maklumlah dia di Jakarta sedangkan aku di Medan). Setelah persahabatan kami berjalan 2 tahun akhirnya kami mempunyai kesempatan untuk ber-copy darat. Waktu itu bulan Desember 2016 aku memperoleh kesempatan untuk berlibur di Jakarta.

Singkat cerita akupun sampai di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada tgl 26 Desember 2016 dan dengan berbekal beberapa lembar foto kirimannya, aku sore harinya pergi ke Mall Taman Anggrek untuk menemuinya.

Pertama sekali melihatnya, aku sungguh terpana. Bagiku, Lisa lebih cantik aslinya ketimbang di fotonya. Ditunjang lagi oleh penampilannya yang semakin dewasa yang disesuaikan dengan profesinya kini sebagai programer software di PT JS di kawasan Gatot Subroto Jaksel. Hal ini membuat aku semakin tertarik dengannya dan membuat birahiku naik secara perlahan-lahan.

Setelah bertemu, kami berdua mengelilingi Taman Anggrek hingga malam dan dinner disana. Setelah dinner kami berkesempatan mengelilingi Jakarta dan akhirnya kami pulang dan kuantar dia sampai ke rumahnya di kawasan Duri Kepa Jakarta Barat. Pertemuan itu membawa kenangan tersendiri bagiku dan oleh sebab itu aku kembali mengajak Lisa keluar jalan-jalan keesokan harinya yang bertepatan dengan malam minggu.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar aku menjemput Lisa setelah itu kami pergi makan pagi bersama dan mengelilingi Jakarta beserta mallnya hingga jam 10 malam. Sebenarnya aku masih sangat ingin bersamanya hingga larut malam, namun Lisa menolak karena katanya tidak ada yang menjaga rumah, sebab Papa, Mama, Koko, Kakak ipar dan Dedenya sedang ke Bogor menghadiri kondangan familinya.

Sebenarnya aku kecewa juga mendengar penolakannya itu, tapi kekecewaanku ternyata tidak lama. Terbukti Lisa waktu itu langsung mengajakku untuk menginap di rumahnya, karena dia tidak berani tidur sendirian. Akupun tidak mengiyakan secara langsung penawarannya itu, aku berpikir beberapa menit. Setelah berpikir beberapa menit aku pun mengiyakan tawaran Lisa dan tampaknya ia sangat senang sekali. Akhirnya kami sampai di rumahnya pukul 10 lewat 30 malam.

Segera setelah turun dari mobil, Lisa membuka pintu pagar dan pintu rumah. Lalu akupun masuk ke dalam rumahnya yang lumayan besar itu dan menempelkan pantatku pada kursi sofa di ruang tamunya. Seketika itu pikiranku melayang-layang membayangkan seandainya aku dapat menyalurkan hasratku pada Lisa. Terus terang saja, selama ini aku selalu horny jika mendengar suara dari Lisa dan aku pun selalu beronani membayangkan sedang menyetubuhinya. Bahkan tidak jarang pada saat kutelepon dia, aku sedang naked dan beronani sambil bertelepon dengan dia dan Lisa pun tahu semuanya itu.

Setelah mengunci pintu rumahnya, Lisa permisi padaku untuk mandi dan aku pun mengiyakannya. Mendengar Lisa mau mandi pikiranku bertambah kotor setelah sebelumnya aku membayangkan bisa menyetubuhinya. Lalu dengan langkah berjingkat-jingkat kuikuti langkah Lisa yang berjalan ke arah kamar mandi di ruang makan hingga aku melihat Lisa masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya.

Akupun segera memutar otakku mencari celah agar dapat mengintip Lisa. Namun belum sempat aku mendapatkan cara mengintip yang pas, tiba-tiba Lisa keluar dari kamar mandi dengan naked dan berteriak karena ada kecoa. Aku yang melihat Lisa keluar dengan naked hanya bisa terpaku dan diam. Mataku langsung tertuju pada dua daging kenyal yang bergantung di dadanya. Sungguh indah sekali buah dada Lisa yang berukuran 34 A (kuketahui ukurannya, karena aku pernah menanyakan ukuran bra nya lewat SMS dan dia pun memberitahu aku) dengan putingnya yang berwarna kecoklatan. Ingin rasanya lidahku langsung menyeruput wilayah dadanya itu.

Pandangan mataku kini tertuju pada lubang vaginanya yang ditumbuhi oleh ilalang asmara walaupun tidak begitu lebat. Penisku pun langsung bangkit dan berdiri tegak. Waktu itu yang hanya ada di pikiranku hanyalah bagaimana caraku untuk meniduri Lisa. Tanpa pikir panjang akupun mendekati Lisa dan kurangkul tubuhnya lalu kutempelkan bibirku pada bibirnya yang lembut mereka itu. Lisa tidak memberikan perlawanan bahkan ia pun mengulum bibirku.

“Ah..” dia mendesah.

Aku pun semakin berani setelah mendengar desahannya itu. Lidahku keluar masuk ke rongga mulutnya yang mungil dan tanganku pun bergerilya meremas-remas dan terkadang meraba-raba onggokan daging kenyal di dadanya sambil memilin-milin putingnya yang sudah mulai mengeras. Sementara itu ia juga mulai mencoba menarik resleting celanaku dan tanpa kesulitan dia berhasil menurunkan celanaku dan menarik kaosku serta melemparnya ke lantai kamar mandi. Saat itu, ia sedikit terkejut, ketika tanpa sengaja tangannya menyentuh penisku yang masih dilapisi oleh celdamku.

“Oh.. Very big buanget kontolmu, Dave” Aku hanya menanggapinya dengan senyum dan tanganku masih bekerja memilin-milin puting susunya. Ciumanku mulai kuarahkan ke lehernya dan terus turun ke bawah dan berhenti di bagian putingnya. Di sini aku permainkan putingnya yang indah itu dengan lidahku. Terkadang kuemut, kuhisap dan kugigit lembut putingnya itu, sehingga membuat Lisa tak kuasa untuk menahan hawa nafsunya yang sudah hampir meledak. Tampaknya ia juga sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan penisku karena Lisa sedang berusaha menarik turun sempakku. Dan kemudian tanpa halangan yang berarti Lisa akhirnya berhasil menurunkan celdamku.

“Jangan disini Lis, kita cari tempat yang enak, ok? Gimana kalau kita maen di kamar kamu Lis?” “Oh iya.. Enakan di kamar gue. Kita bisa ngentot sampe puas”.

Lalu kugendong tubuhnya ke loteng dan kubawa ke dalam kamar tidurnya dan selanjutnya kurebahkan tubuh bugilnya diatas ranjang alga yang empuk. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kuhisap puting susunya yang sudah semakin mengeras lagi.

“Ah.. Dave,” pekiknya. “Lis.. Toket loe indah buanget. Gue suka buanget sama toket loe,” celetekku dengan penuh nafsu. “Terus Dave.. Oh.. Geli..” desahnya.

Mendengar desahannya aku semakin bernafsu. Lambat laun ciumanku merambat turun ke pusarnya lalu ke gundukan di selangkangannya. Kemudian kumainkan clitorisnya dengan lidahku dan aku terus memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang vaginanya yang harum itu. Kemudian dia mengangkat pinggulnya dan berseru,

“Oh.. My god.. Is very great.. Oh.. God..” Sementara aku masih mempermainkan wilayah vaginanya dengan lidahku, Lisa semakin kencang menggoyang-goyangkan pinggulnya, kemudian dengan tiba-tiba dia berteriak,

“Dave.. aku.. ke.. lu.. aarr..” dan seketika itu tubuh Lisa mengejang dan matanya terpejam. Sementara itu di gua keramatnya terlihat cairan kewanitaannya membanjiri vaginanya. Kuhisap cairannya itu dan kurasakan manis bercampur asin dengan aroma yang wangi dan hangat. Kuhisap cairannya dengan rakus sampai habis dan tubuhku kembali merambat ke atas menghisap putingnya kembali yang tampak indah bagiku. Rasanya bibirku masih belum puas menyusui putingnya itu.

Tak lama kemudian kulihat Lisa kembali menggeliat-geliat dan mendesah-desah. Ia tampak terangsang kembali dan memintaku untuk segera memasukkan penisku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3 cm ke dalam gua keramatnya yang sudah basah sekali.

“Ayo.. Dave.. Masukkan kontolmu ke memekku. Gue sudah enggak tahan lagi,” pintanya. Tanpa menunggu lebih lama lagi kuarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya dan secara perlahan-lahan namun pasti penisku pun mulai menyeruak masuk ke dalam lubang vaginanya yang masih sempit (maklumlah Lisa masih virgin) dan akhirnya penisku berhasil masuk 3/4 ke dalam lubang vaginanya.

“Aduh.. Pelan-pelan ya, please,” erangnya sedikit tertahan.

Kembali kutekan penisku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan sehingga akhirnya aku berhasil memasukkan semua penisku ke dalam lubang vaginanya dan menyentuh dasar vaginanya. “Oh.. Nikmat buanget..” katanya yang disertai dengan desahan halus.

Aku semakin bernafsu untuk menggenjotnya setelah mendengar desahan dan erangannya. Semakin dia mendesah, aku semakin mempercepat genjotanku di lubang vaginanya. “Oh.. Dave.. ak.. uu.. suudahh.. ma.. uu.. kke.. luarr.. rr.. laggii..”

“Tahan Lis.. aku juga.. u.. da.. mau.. ke.. luuaarr, keluarkan di.. mana.. Lis?” tanyaku. “Di.. Da..” Belum sempat ia menjawab, aku sudah tak bisa menahannya lagi, sehingga akibatnya, Crot.. Crot.. Crot.. Crot..!

Beberapa kali penisku menembakkan maniku yang banyak ke dalam lubang vaginanya dan saat itu juga aku merasakan cairan hangat Lisa beserta aliran darah perawannya menyelimuti batang penisku yang masih tegak di dalam vaginanya. “Terima kasih Lis.. Kamu sudah memberikan aku kenikmatan malam ini..” ujarku sambil mengecup lembut bibirnya dan menarik keluar penisku.

“Aku juga ingin terima kasih ke kamu, karena telah memuaskan nafsuku untuk melakukan hubungan sex denganmu yang selama ini kupendam dalam anganku,” katanya tanpa malu-malu dengan mata yang sayu.

“Ayo.. Kita mandi berdua,” ajaknya sambil menarik tanganku.

Dan di kamar mandi itu, batang penisku kembali bereaksi ketika Lisa mengelus-elusnya. Tanpa malu-malu aku langsung menarik pinggang Lisa dan menyuruhnya menungging ke arahku. Aku pun secara perlahan lahan memasukkan penisku yang sudah menegang ke sela-sela pantatnya yang tidak begitu besar. Sejenak, Lisa tersentak, namun hal itu hanya berlangsung sebentar saja, karena Lisa kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya ketika dirasakan penisku sudah masuk semuanya ke dalam lubangnya.

“Ah.. Dave.. a.. kk.. uu.. ke.. ll.. uu.. aa.. rr.. l.. aa.. g.. ii..” erangnya dengan lembut. “A.. k.. u.. juu.. ggaa..” kataku sambil menyemprotkan maniku ke lubang vaginanya kembali.

Setelah itu kami melanjutkan acara mandi kembali dan setelah mandi, sebelum tidur, aku mengentotnya sekali lagi. Keesokan paginya pada saat aku bangun jam 7 pagi kembali kugenjot dia dan malam harinya kami kembali ber-ML ria. Sungguh liburan yang berkesan dengan teman chatting. Terima kasih Lisa atas virginmu.

Cerita Dewasa - Ayah Sange dengan Gadis-gadisnya



Cerita Dewasa - Aku dan istriku selalu kompak dalam melakukan kegiatan seks dengna cara apapun supaya tidak bosan dengan yang pernah dirasakan, kita selalu mencari hal yang menarik, aku berusaha berfantasi dengan orang lain biasanya aku menonton film porn dulu sebelum gairahku memuncak dan aku menonton film biasanya malam hari setelah orang rumah sudah tidur semua.

Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.

Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.

Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka.

Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.

Yang tertua adalah Dina. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Dina juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.

Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.

Rahma yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona.

Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Rahma lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Rahma lah yang ada dalam benakku!

Kisah ini bermula dengan Dina dan temannya Sitha. Sitha setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Sitha selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Sitha sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.

Suatu malam saat Sitha menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Dina.

Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.

Aku mendekat ke pintu kamar Dina dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.

Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Sitha dan Dina berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Sitha berada diantara paha Dina dan kepala Tia ada di sela paha Dina..

Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Dina bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Sitha menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Dina. Mata Dina terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Sitha.

Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Dina mencengkeram kepala Sitha dan terlihat sepertinya dia akan memecahkan putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Sitha. Kelihatannya Sitha juga telah orgasme dalam waktu yang sama

Karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Dina dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Rahma sedang berdiri di depanku. Rahma memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..

Apa Papa menikmatinya? lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.

Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.

Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami? tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.

Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..

Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa. Aku dengar suara Dina saat aku mulai menjauhi mereka.

Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan! Situs Domino

Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.

Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..

Bagaimana denganku? kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.

Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Dina. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku.

Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.

Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.

Tadi sungguh hebat kata isteriku.

Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.

Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..

Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?

Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Dina dan Sitha berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Sitha yang belepotan dengan cairannya Dina yang melintas di benakku.

Ups, terlambat! kata Dina saat mereka meninggalkan kamar.

Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.

Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.

Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya.

Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.

Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.

Kamu menyukainya sayang? tanyanya.

Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..

Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu. katanya.

Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.

Siapa suruh mengalihkan senjatamu?tanyanya.

Kembalikan ke tempat semula!

Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.

Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya. Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.

Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat.

Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.

Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya.

Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.

Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.

Tadi benar-benar indah katanya.

Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV.

Anak-anakku, tanpa Sitha pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.

Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya.

Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?

Saat aku pulang kerja di hari Jumat, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Sitha ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Rahma ingin temannya Ami bermalam juga.

Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Rahma, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.

Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun.

Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.

Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas.

Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.

Hey! Dimana kalian?teriakku, Saatnya makan!

Ya! kudengar jawaban dari kamar Dina. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.

Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?tanyaku jengkel.

Ada! kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Dina.

Aku mendekat ke kamar Dina dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.

Apa yang kalian lakukan?

Sedang menunggu Papa. Rahma menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.

Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.

Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku! tangkisku.

Tidak, aku tak akan melakukannya! kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Dina.

Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?

Rahma menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.

Bisa apa aku menolak mereka? pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Rahma membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku.

Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Dina dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya.

Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Rahma memandangku..

Ya, Rahma masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Rahma. Rahma harap penis Papalah yang kedua. aku membungkuk dan mencium Rahma, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.

Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Rahma dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.

Kita dapat melanjutkannya nanti. kataku padanya.

Kudorong Rahma ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya.

Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.

Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi.

Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Rahma telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.

Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya. Rahma mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Rahma sangat panas, basah dan rapat!

Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk.

Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.

Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja. kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.

Aargh! Gila! Sakit, Pa! katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.

Sunday, January 20, 2019

Cerita Dewasa - Tante Yang Sedang Telanjang Bulat



Cerita Dewasa - Kali ini ceritadewasaxx69.blogspot.com akan menceritakan ketika diriku pergi kerumah dosen seksiku untuk mengurus keperluannya. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.

Kisah ini terjadi saat aku masih duduk dibangku kuliah. Aku saat itu sangat pemalu dan tdk banyak teman wanita. Pada waktu ujian tengah semester, aku dipanggil ke rumah dosen wanita yg masih muda, sekitar 27 tahun. Diminta ke rumahnya karena aku disuruh utk mengurus keperluan dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 19.30 malam. Saat itu rumahnya hanya ada asisten rumah tangga. Suaminya ketika itu belum pulang dari kantor.

Saat aku membuka pintu rumahnya, aku kaget karena dia memakai baju tidur yg tipis, sehingga terlihat toketnya menyumbul keluar. Saat aku perhatikan, dia ternyata tdk memakai bra. Terlihat saat itu toketnya yg masih keras berdiri, tdk turun. Puting toketnya jg terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B.

Sewaktu aku sedang memperhatikan bu dosen, aku kepergok oleh pembantunya yg ternyata dari tadi memperhatikan diriku. aku jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya padaku, dan selanjutnya ia memberikan minuman padaku. Toketnya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosenku ukurannya jg besar.

Kemudian bu dosen yg sudah duduk di depanku berkata, (mungkin karena aku melihat belahan toket pembantu itu)
“Kamu pingin “netek” ya sama toket yg kenyal..?”

Aku pun tergagap dan menjawab,
“Eh… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang,
“Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu jg bersedia netekin kamu.” Situs Poker

Mungkin karena ia ku anggap bercanda, aku bilang saja,
“Oh.., boleh jg tuh Bu..!”

Tanpa diduga, ia pun mengajakku masuk ke ruang kerjanya.

Saat kami masuk, ia berkata,

“Rony, tolong liatin di punggung Ibu ada apanya sih nih..!”

Kemudian aku menurut saja, ku lihat punggungnya. Karena tdk ada apa-apa, aku bilang,
“Nggak ada apa-apa kok Bu..!”

tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua baju tidurnya, dgn tetap membelakangiku. Ku lihat punggungnya yg begitu putih dan mulus. Kemudian ia menarik tanganku ke toketnya, wow sungguh kenyal dan besar. Kemudian aku merayap ke putingnya, dan benar perkiraanku, putingnya besar dan masih keras.

Kemudian dia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka cdnya. Terlihat di sekitar meqinya banyak ditumbuhi bulu yg lebat.

Kemudian aku berkata,
“Kenapa Ibu membuka baju..?”

Ia malah berkata,
“Sdh..,santai saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”

Karena aku ingin juga merasakan tubuhnya, aku pun tanpa basa-basi terus mencumbu toketnya. Ku hisap hingga ia menggeliat keenakan. Kemudian ia membuka pakaianku, ia pun terkejut saat ia melihat k0ntolku.

“Wow, sangat besar dan panjang..!

Dosenku pun sdh mulai terlihat aktif, ia menjilat dan mengulum penisku hingga biji kemaluan.

“Oh.. ahh Bu… nikmat sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desahku.

Karena dipuji,dia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Akupun terus meremas-remas toketnya, nikmat sekali kata dosenku. Kemudian ia mengajakku utk berubah posisi ke posisi 69.

Akupun terus menjilati meqinya dan terus memasukkan jariku.
“Oh.. Rony, aku sdh nggak kuat ..! Cepat masukkan k0ntolmu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawabku sambil mencoba memasukkan k0ntolku ke meqinya.
“Oh.., ternyata masih sempit jg ya Bu..! Jarang dientot ya Bu..?” tanya saya.
“Iya Rony, suami Ibu jarang bercinta dgn Ibu, karena itu Ibu belum punya momongan, ia pun jg sebentar mainannya.” jawabnya.
Kemudian dia terus menggeliat saat dimasukkannya k0ntolku sambil berkata, “Ahh… ohhh… besar sekali k0ntolmu, tdk masuk ke meqiku”

“Achh nggak kok Bu biasa aja..” jawabku sambil terus berusaha memasukkan k0ntolku.
Kemudian, utk melonggarkan lubang meqinya, aku pun memutar-mutar k0ntolku dan jg mengocok-ngocoknya dgn harapan membuka meqinya. Dan betul, meqinya mulai membuka dan k0ntol kejantananku sdh masuk setengahnya.

“Ahhh… ohhh… Terus Rony, masukkan terus, jangan berhenti..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengocok k0ntolku, akhirnya masuk jg ke meqinya.
“Aahh pssfff… oha hhah.. ah…” desahnya yg diikuti dgn teriakannya,
“Oh my good..! Ahhh..!”
Aku pun mulai mengocok k0ntolku keluar masuk. Tdk sampai semenit kemudian, dosenku sdh orgasme.
“Oh Rony, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.
Cairan itu jg memudahkanku utk terus menggenjot k0ntolku. Karena cairan yg dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi,
“Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras.

Karena aku melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya. Saat itu aku sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas toketnye sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya aku sambil terus mengocok k0ntolku maju mundur di meqiku dosenku. Aku juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yg sedang masturbasi sendiri, dan baru kali ini aku melihat wanita masturbasi.

Setelah lima belas menit bermain dgn posisi aku berada di atasnya, kemudian aku menyuruh dosenku pindah ke atas ku sekarang. Ia pun terlihat agresif dgn posisi seperti itu.

“Ciiiha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuhku.

Lima belas menit kemudian dia ternyata orgasme utk yg kedua kalinya. Situs Domino

“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batinku.

Kemudian setelah orgasmenya yg kedua, kami berganti posisi kembali. Dia di atas meja, sedangkan aku berdiri di depannya. Aku terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.

“ahh.. oh.. Rony, pelan-pelan..!” katanya.

Kelihatannya dia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian dia ternyata mengalami orgasme utk yg ketiga kalinya.

“Oh Rony, aku keluar, Oh… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yg banyak itu.
Setelah itu ia mengajakku ke kamar mandinya. Dia berharap agar di bath-tub aku bisa orgasme, karena dia kelihatannya tak sanggup lagi membalas permainan yg ku berikan. Di bath-tub yg diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi utk mengusap-usap badan kami. Karena dosenku sangat senang diusap toketnya, dia terlihat terus-terusan bergelinjang. Dia membalasnya dgn meremas-remas buah zakarku menggunakan sabun.

Setelah lima belas menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yg keempat bagi dosenku dan yg pertama bagiku.

“Oh Rony, aku mau keluar lagi..!” katanya.

Setelah terasa penuh di ujung kepala k0ntolku, kemudian aku keluarkan k0ntolku dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas toketnya sambil mengusap-usap lembut.

“Oh Rony, kamu sungguh kuat dan pasangan bercinta yg dahsyat, kamu tdk cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Rony. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tdk sama sekali.” ujar dosenku itu.

Kemudian karena kekelalahan, dia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan aku keluar ruang kerjanya masih dlm keadaan telanjang mencoba mengambil pakaianku yg berserakan di sana.

Di luar ruang kerjanya, aku lihat pembantu dosenku tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dlm meqinya. Karena melihat tubuh pembantu itu yg jg montok dan putih bersih, aku mulai membayangkan bila aku dapat bersetubuh denganya. Yg menarik dari tubuhnya adalah karena toketnya yg besar, sekitar 36D. Akhirnya aku berpikir, biarlah aku main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun jg tampaknya bergairah setelah melihat permainanku dgn majikannya.

Aku langsung menindih tubuhnya yg montok itu dgn sangat bernafsu. Aku mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Aku mencium dan menjilat seluruh toketnya dan turun hingga ke bibir meqinya yg ditumbuhi hutan lebat itu. Tdk berapa lama kemudian, kami pun sdh mulai saling memasukkan alat kelamin kami.

Kami bermain sekitar setengah jam, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sdh 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing. Oh, ternyata aku sdh bermain seks dgn dua wanita bernafsu ini selama satu setengah jam. Aku pun akhirnya pulang dgn rasa lelah yg luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya aku merasakan bercinta dgn wanita.

Saat ini aku pun sedang mencoba bermain seks lewat chatting dgn orang bule di internet. Tetapi aku ingin merasakan bermain seks cewek igo.

Cerita Dewasa - Ditiduri Teman Ayah



Cerita Dewasa - Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar gedung kantorku, Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor.

Tetapi hari itu sebelum aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku makan siang. Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan.

Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia sibuk mencatat pembicaraan kita berdua. Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan, tiba-tiba handponku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Santi.

“Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi” suara merdu terdengar diseberang sana.

“Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya” jawabku.

“He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak” Santi menggoda.
“Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya” kataku sambil menutup pembicaraan.
“Dari klien” kataku.

Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.

Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..

Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi. Hari sudah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku.

“Aih.. Pak Robert kok lama sih” katanya.
“Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada” candaku.
“Bisa aja Pak Robert..” jawab Santi sambil tertawa kecil.

Dia tampak cantik dengan baju “you can see” nya yang memperlihatkan lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku “asingkan” di negeri tetangga.

Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Santi menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi.

Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Santi yang cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia. Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.

“Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak”
“Apaan nih?” jawabku senang.
“Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget.” Situs Domino

Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehidupan sex mereka. Singkat cerita, Susan menawarkan untuk ber-pesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.

“Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar punya Pak Robert” kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku.

“Saya sih OK saja” jawabku riang.

“Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku” kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.

Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Santipun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan menyambut kami dengan ramah.

“Ini perkenalkan suami saya”

Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri. Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun memperkenalkan diriku pada mereka.

Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yang sangat wah itu.

Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.

Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia.

“Pak, habis ini pulang aja yuk” kata Santi berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan.
“Kenapa?” tanyaku.
“Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi”.

Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin pesta seks dan menikmati istri Pak Harry yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke ruang makan.

Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk memulai pesta seks dan membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping.

Kulihat tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali. Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan melayaninya.

“Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu”

Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.

Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.

“Ampun non.. Sri nggak sengaja” si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Susan yang cantik itu.

“Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!” bentak Susan.
“Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu..”

Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah.

Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.

“Dasar bedinde.. Verveillen!!” Susan masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Susan berdiri di depan pembantunya yang kecil dan hitam.

“Ampun non.. Nggak akan lagi non..” Situs Poker

“Oh Pak Robert..” kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.

“Sedang sibuk ya?” godaku.
“Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Yuk kita kembali” lanjutnya.

Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan “french kiss” dan Susanpun menyambut penuh gairah.

Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yang membusung padat. Susanpun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.

“Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it..” katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.

Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.

Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu.

Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.

Sementara itu Susan masih dengan bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.

Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Susan masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya.

Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang sudah loyo.

Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara Susan masih mengulum dan menjilati kemaluanku.

Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Santi. Susan kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah.

“Ayo isap susu ik ” pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Susanpun mengerang kenikmatan.

Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik itu.

“Eh.. Eh.. Eh..” dengus Susan setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang mulus.

Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam liang surga Susan.

Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia “doggy-style” sampai kalung berlian dan buah dadanya yang besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.

“Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That’s right.. Aha.. Aha..” begitu erangan Susan menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.

Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati “istriku”.

Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi dengan gaya missionary. Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang kedua kalinya.

Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang sempit itu.

“Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock..” Susan terus meracau kenikmatan. Situs Poker

Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Susan dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku.

Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.

“Thanks Robert.. I really enjoyed it” katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.

“No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much” balasku.

Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukan pesta seks lagi dalam waktu dekat.

Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dengan pengalaman pesta seks ku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.

“We’re in this love together..”
“Kenapa sih sayang?” tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.
“Pokoknya Santi nggak mau pesta seks lagi deh” katanya.

“Habis Santi nggak suka pesta seks sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi nanggung nih.”

Akupun tertawa geli mendengarnya.

“Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny banget lihat bapak sama Susan making love pas pesta seks” rengeknya.

“Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang”.
“Ah.. Pak Robert jahat..” kata Santi merengut manja.
“Besok khan masih ada sayang” hiburku.
“Tapi janji besok datang ya..” rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.
“OK so pasti deh.. Bye”

Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He..

Mungkin besok pagi saja aku akan pesta seks dan menikmatinya kembali, karena Pak Arief toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.

Cerita Dewasa - Anak Mbak Sus Ngentot Dengan Ku



Cerita Dewasa - Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak kos dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kos. Masih banyak lagi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia yang sangat menyenangkan.

Keluarga tempat kos saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah dan tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kos memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan bersih. Menurut ibu kos, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kami berlima anak-anak kos yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.

“Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil?” tanya Robin yang kuliah di teknik sipil suatu saat.
“Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung” jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas.
“Apanya yang nggak bisa ngacung?” tanya saya pura-pura tidak tahu.
“Bego! Ya penisnya dong”, kata Krus.
“Kok tahu kalau dia susah ngacung?” saya mengejar lagi.
“Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering membentak-bentak suaminya?” tutur Krus.
“Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, atau tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu”, kata Robin.
“Membantu? Apa maksudmu?” tanyaku tak paham ucapannya.
Robin tertawa sebelum berkata, “Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitkan handuk di badannya lalu-lalang di depan kita”
“Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu”, sergah Heri yang sejak tadi diam.
“Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti”

Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan tentang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya?

Selama setahun kos diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa tersadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-hitaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pinggulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-remas payudaranya.

Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dadanya sambil menelan air liur.

Suatu waktu ketika berjalan berpapasan tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya.
“Wah.. maaf, Mbak. Nggak sengaja..” kataku sambil tersipu malu.
“Sengaja juga nggak apa-apa kok dik”, jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. Mbak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksualnya bersama suaminya.

Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol lagi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tanda welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memamerkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara dan pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.

Suatu hari ketika rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan keluar, bapak dan ibu kosku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.

“Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lo”, kataku.
“Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model.” Situs Domino
“Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?”
“Coba apa..”
“Itu..”
“Mana?”
Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti biasa hanya dibungkus kaus.
“Ah.. kamu ini.”

Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang kursi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia menggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sambil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menepis tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.

“Dik.. malu ah dilihat orang”, katanya pelan. Tepisannya melemah.
“Kalau begitu kita ke kamar?”
“Kamu ini nakal”, ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bibirku.
“Mbak..”
“Hmm..”
“Bolehkah mm.., bolehkah kalau saya..”
“Apa hh..”
“Bolehkah saya memegang susu Mbak yang gede itu?”
“Hmm..” Dia mendesah ketika kujilat telinganya.
Tanpa menunggu jawabannya tanganku segera menelusup ke balik kausnya. Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke dadaku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan.

“Dik, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.
Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

“Mau apa kau sshh.. sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
“Mbak belum pernah dioral ya?”
“Apa itu?”
“Vagina Mbak akan kujilati.”
“Lo itu kan tempat kotor..”
“Siapa bilang?”
“Ooo.. oh.. oh ..”, desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.

Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.
“Aahh.. Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh..”
“mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm..” jawabku.

Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi liarku pun terhenti mendadak.
“Sst ada tamu Mbak”, bisikku.
“Cepat kau sembunyi ke dalam”, kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak berantakan.
Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan yang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di kamar berbau harum itu aku duduk di tepi ranjang. Penisku tegak mendesak celana pendekku yang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara pintu dibuka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup pintu depan.

“Siapa Mbak?”
“Tukang koran menagih rekening.”
“Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat..”
“Sudahlah”, katanya sambil mendekati aku.
Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersedak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.

Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciuman yang secara tak sadar baru saja kuajarkan.
“Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?” tanyanya di antara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar.
Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mulus.

“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang.” Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pendek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih.
“Mbak mau saya oral lagi?” tanyaku.
Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Kelihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penisku ke mulutnya.
“Gantian dong, Mbak”
“Apa muat segede itu..”
Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permainan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bisa.

“Sorry ya Mbak”
“Ah kau ini mainnya aneh-aneh.”
“Justru di situ nikmatnya, Mbak. Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana?” tanyaku sambil menciumi payudaranya.
“Ah malu. Kami main konvensional saja kok.” Situs Domino
“Langsung tusuk begitu maksudnya..”
“Nakal kau ini”, katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap tegak berdiri.
“Suami Mbak mainnya lama nggak?”
“Ah..” dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan.
“Pasti Mbak tak pernah puas ya?”
Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.

Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot vaginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak gemetar.
“Ohh..” desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya.
Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.

Tiga menit setelah kugenjot Mbak Sus menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingkatkan.
“Ooo.. ahh.. hmm.. sshh..” desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.
Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat.
“Enak Mbak?” tanyaku. Situs Poker
“Emmhh..”
“Puas Mbak?”
“Ahh..” desahnya.
“Sekarang Mbak berbalik. Menungging.”
Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya.
“Gaya apa lagi ini?” tanyanya.
“Ini gaya anjing. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah.”

Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
“Capek?” tanyaku.
“Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku.”
“Tapi kan nikmat Mbak”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“Kita lanjutkan nanti malam saja ya.”
“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.

Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang penisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaikturunkan seirama genjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku.
“Oh Mbak.. aku mau keluar nih ahh..”
Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menjepit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.

“Vaginamu masik nikmat Mbak”, bisikku sambil mencium bibir mungilnya.
“Penismu juga nikmat, Dik.”
“Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi.”
“Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu.”
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.

“Mbak kalau pengin bilang aja ya.”
“Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst.. kalau pas aman lo.”
“Mbak mau nggak main ramai-ramai?”
“Maksudmu gimana?”
“Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu. Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok.”
“Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah..”
“Tapi mau mencoba kan?”
Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-habisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya akhirnya aku mesti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mbak Sus.

Cerita Dewasa - Seks Anak Majikan Dan Pembantunya



Cerita Dewasa - Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Umar, Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD saja di kampungku. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota jakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

Ibu umar pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangga dirumahnya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota besar ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tidak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.

Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang lumayan cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Pantas saja jika Ibu umar berkata begitu terhadapku.

Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan anak majikanku Mas Anto terhadapku. Mas Anto adalah anak bungsu keluarga Bapak umar. Dia masih kuliah di semester 4, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Anto baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi aga segan bila berada di dekatnya. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di hatiku. Jika aku ke pasar, Mas Anto tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak Enak. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas anto hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Anto justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Sarni. Biar aku saja, ngga apa-apa kok..”

“Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

Tiba-tiba Mas Anto menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Sarni. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..”

Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Anto kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Anto menegurku.

“Sarni, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”

Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Umar sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Anto memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

“Kamu cantik, Sarni.”
Aku cuma tersipu dan berucap,
“Teman-teman Mas Anto di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”
“Tapi kamu lain, Sarni. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?”
“Ah.. Mas Anto ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku. Situs Domino
“Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”
“Iya.. nggak tahu deh, Mas.”

Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Anto bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.

Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Anto memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.

“Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.
“Belum, Mas.”
“Ibu.. pergi..?”
“Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

Mas Anto yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas anto memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

“Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Anto sembari bangkit dari tempat duduknya.
“Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”
“Maksud Mas Apa bagaimana?”

“Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas Anto padaku.

Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Anto dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Anto meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Anto yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Anto menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya. Kurasakan tangan MasAnto merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya. Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di bagian dadaku. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Anto. Semakin saja Mas Anto memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.

Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Anto ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan. Tangan Mas Anto mulai mereteli pakaian yang dikenakan, iapun telanjang bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Anto dan terdengar merintih.

Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Anto. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Anto menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Anto. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Sarni. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Sarni. Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

Mas Anto menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Anto akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”

Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu umar seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Anto mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Anto, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi. Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Anto. Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu umar namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Anto untuk menyusulnya. Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Anto, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Anto malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Umar mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Anto selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Sarni.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Anto, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Anto tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Anto mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

“Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab. Situs Domino
“Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga..”
“Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Anto sudah berjanji akan menikahi Sarni?”
“Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu..”

Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Anto selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak umar. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Anto. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Umar.

Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak umar, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Anto mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Sarni untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.

Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Anto itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Anto suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Anto pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Anto pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.

 
close
PKVSport