Hubungan Sedarah

Percintaan Terlarang

Pemuasan Nafsu

Memuaskan Nafsu Indra

Cerita Dewasa 18+

kisah nyata yang di alami oleh beberapa orang

Cerita Sex

Kisah Sex yang membuat kamu jadi bergairah

Perselingkuhan

Perselingkuhan antara saudara sendiri, teman sendiri dan istri tetangga

Sunday, July 29, 2018

KEPUASAN LIBIDO KETIKA NGESEX DENGAN DOSEN CANTIK

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id


Cerita Dewasa - Sebut saja namaku Rudi, Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya. Di kampus aku mempunyai seorang dosen yang cantik dan lembut. Namanya Bu Via. Berkenaan dengan Bu Via, ada sesuatu yang membuat kehidupanku lebih indah dan menyenangkan selama hampir tiga bulan ini

Bermula pada suatu siang ketika aku melakukan bimbingan suatu tugas akhir Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi, seorang mahasiswa harus mengambil tugas akhir mengerjakan sebuah desain Bu Via adalah pembimbingku untuk tugas tersebut

Bimbingan berlangsung singkat saja, karena Bu Via ada tugas lain di luar kampus saat itu Ketika selesai, Bu Via bilang padaku agar datang ke rumahnya saja pada malam harinya untuk melanjutkan bimbingan Malamnya aku datang

Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan yang sepi dan tenang Bu Via sudah bercerai dari suaminya Ia berumur sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK Meskipun sudah berumur 37 tahun, namun Bu Via masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja Kulitnya putih, bersih dan segar

Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu tinggi Pada kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus, tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya yang putih itu Saat itu merupakan liburan TK-SD dan anaknya sedang berlibur di rumah sepupunya yang seumur dengan dia

Aku dan Bu Via sebenarnya memang sudah cukup akrab Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi Apalagi dalam banyak hal selera kami sama, misalnya soal selera musik Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol ringan saja Kemudian Bu Via minta tolong padaku

“Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta tolong diperbaiki?”, begitu katanya malam itu

Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke kamarnya Kamarnya wangi Penataan interiornya juga indah Kurasa wajar saja, sejak semula aku tahu ia punya selera yang bagus Itu pula yang membuat kami akrab, kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang berkaitan dengan kampus Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi lemari pakaiannya

Lingerie-nya didominasi warna hitam Aku juga menyukai warna seperti itu Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki cewekku untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam seperti itu membuatku lebih bergairah Bu Via hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan lingerie-nya

Dengan serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang rusak Ia keluar meninggalkanku sendirian di kamarnya Sesaat kemudian pekerjaanku selesai Saat itu Bu Via masuk Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, sehingga udara gerah

“Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil menghidupkan AC

Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di dahiku Dan kali ini bahkan dengan lembut ia mendekatkan wajahnya ke wajahku Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya

Bahkan kemudian ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah

Ia terus melumat bibirku Lalu tangannya pelan-pelan membuka satu persatu kancing kemejaku Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya Setelah kemejaku lepas, ia menarik resliting jeansku Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik resliting yang mengunci rokya Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan membuka matanya

Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah

Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak kencang

Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada

Kulihat Bu Via juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu

Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan Ia rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru dengan libido nya untuk segera menuju ke puncak kenikmatan

Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelusuri leherku dengan bibirnya Napasnya membelai kulit leherku sehingga terasa geli namun nikmat Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas Ia tahu bahwa aku punya pacar, karena belum lama, Kiki kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di sebuah toko buku

Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam

Sesaat ia mempermainkannya dari luar Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku Ia tersenyum ketika menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya

Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur Bu Via terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang

Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku Kiki melakukannya dengan ganas dan panas, sedangkan Bu Via sangat lembut seolah tak ingin melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ Cukup lama Bu Via melakukan itu

Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku

Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus Menambah keindahan buah dadnya Tapi aku tidak memulainya dari situ Aku hanya mengelus putingnya sebentar Itupun aku sudah menangkap desah halus yang keluar dari bibir indahnya

Kumulai dari lehernya Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat Ia mendesah terpatah-patah Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat-coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu

Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya Dan segera kulahap puting yang menonjol merah coklat itu Ia menjerit pelan Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti

Kusedot puting itu dengan lembut Ya, dengan libido yg lembut karena aku yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti Bu Via Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap Maka tangankulah yang melakukannya Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain

Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan Aroma dari vaginanya Semakin besarlah gairah libido yang mengalir ke otakku Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran

Cara Bu Via membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang-awang Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari-jemariku Kusedot dengan nikmat bau khas libido yang keluar dari sumur yang ada di situ

Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya pelan-pelan Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat Bukit venus yang indah itu ditumbuhi rambut yang lebat Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak-acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur bukit venus itu Walaupun aku pernah membayangkan apa yang tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu

Ya, aku dan teman-temanku sering bergurau begini saat melihat Bu Via: jika rambut di tempat yang terbuka saja subur, apalagi rambut di tempat yang tersembunyi Dan ternyata aku bisa membuktikan gurauan itu Ternyata rambut di tempat itu memang luar biasa

Bahkan aku yang semula berpikir rambut yang menghiasai vagina Kiki luar biasa karena subur dan indah, kemudian menerima kenyataan bahwa ada yang lebih indah, yaitu milik Bu Via ini Dari samping keadaan itu seperti taman gantung yang terawat saja.

Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu Maka aku segera menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu Lidahku segera menyusuri taman indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya Maka Bu Via menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu

Di lubang vaginanya Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan gairah libido ku Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah libido yang membakarnya

Aku menikmati jeritan libido itu sebagai sensasi lain yang membuatku semakin bergairah pula menguras kenikmatan di lubang sumur vaginanya Lendir hangat khas yang keluar dari dinding vaginanya terasa hangat pula di lidahku Kadang-kadang kutancapkan pula lidahku di tonjolan kecil di atas lubang vaginanya Di klitorisnya Maka semakin santerlah erangan-erangan libido Bu Via yang mengikuti gerakan-gerakan menggelinjang Demikian kulakukan hal itu sekian lama

Kemudian pada suatu saat ia berusaha membebaskan vaginanya dari sergapan mulutku Ia menarik sebuah bangku rias kecil yang tadi menjadi ganjal kakinya untuk mengangkang Aku dimintanya duduk di bangku itu Begitu aku duduk, ia kembali memagut penisku dengan mulutnya secara lembut Tapi itu tidak lama, karena ia kemudian memegang penisku yang sudah tidak sabar mencari pasangannya itu

Bu Via membimbing daging kenyal yang melonjor tegang dan keras itu masuk ke dalam vaginanya dan ia duduk di atas pangkuanku Maka begitu penisku amblas ke dalam vaginanya, terdengar jeritan kecil yang menandai kenikmatan yang ia dapatkan

Aku juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung penisku dan mengalir ke setiap aliran darah Ia memegangi pundakku dan menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral Naik turun dan memutar dengan pelan tapi bertenaga

Suara gesekan pemukaan penisku dengan selaput lendir vaginanya menimbulkan suara kerenyit-kerenyit yang indah sehingga menimbukan sensasi tambahan ke otakku Demikian juga dengan gesekan rambut kemaluannya yang lebat dengan rambut kemaluanku yang juga lebat

Suara-suara erangan dan desahan napasnya yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan selaput lendir vaginanya serta suara gesekan rambut kemaluan kami berbaur dengan suara lagu mistis Sarah Brightman dari CD yang diputarnya Domino 99

Barangkali ia memang sengaja ingin mengiringi permainan cinta kami dengan lagu-lagu seperti itu Ia tahu aku menyukai musik demikian Dan memang terasa luar biasa indah, pada suasana seperti itu Apalagi lampu di kamar itu juga remang-remang setelah Bu Via tadi mematikan lampu yang terang

Dengan suasana seperti itu, rasanya aku tidak ingin membiarkan setiap hal yang menimbulkan kenikmatan menjadi sia-sia Maka aku tidak membiarkan payudaranya yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menggodaku begitu saja Kulahap buah dadanya itu Semakin lengkaplah jeritannya

Matanya yang terpejam kadang-kadang terbuka dan tampak sorot mata yang aku hapal seperti sorot yang keluar dari mata Kiki saat bercinta denganku Sorot matanya seperti itu Sorot mata nikmat yang membungkus perasaan libido nya. Sekian lama kemudian ia menjerit panjang sambil meracau

“Ah Aku Aku orgasme, Rud!”

Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan wajahnya ke atas, tapi matanya masih terpejam Kemudian ia melanjutkan gerakannya Barangkali ia ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku sama sekali belum merasakan akan sampai ke puncak kenikmatan itu

Sebisa mungkin aku juga menggoyangkan pinggulku agar dia merasakan kenikmatan yang maksimal Jika tanganku tidak aktif di buah dadanya, kususupkan di selangkangannya dan mencari daging kecil di atas lubang vaginanya, yang dipenuhi oleh penisku

Meskipun Bu via seorang janda dan sudah punya anak, aku merasa lubang vaginanya, seperti seorang ABG saja Tetap rapat dan singset Otot vaginanya seakan mencengkeram dengan kuat otot penisku Maka gerakan pinggulnya untuk menaik turunkan bukit venus vaginanya menimbulkan kenikmatan libido yang luar biasa Dan sejauh ini aku tidak merasakan tanda-tanda lahar panasku akan meledak

Bu Via memang luar biasa, ia seperti tahu menjaga tempo permainannya agar aku bisa mengikuti caranya bermain Ia seperti tahu menjaga tempo agar aku tidak cepat-cepat meledak Memang sama sekali tidak ada gerakan liar

Yang dilakukannya adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, terutama karena aku jarang bercinta dengan perempuan lembut seperti itu Sekian lama kemudian aku mendengar lagi ia meracau

“Ah Ah Ini yang kedua Rud, aku orgasme Uhh!” Di susul jeritan panjang melepas kenikmatan itu

Tapi kemudian ia memintaku mengangkatnya ke ranjang, tanpa melepaskan penisku yang masih menancap di lubang vaginanya Ia memintaku menidurkannya di ranjang tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari penisku, yang sejauh ini seperti mendekap sangat erat Kulakukan pemintaannya itu Maka begitu ia telentang di ranjang, aku masih ada di atasnya Penisku pun masih masuk penuh di dalam vaginanya

Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas dengan libido itu. Kini aku berada di atas, maka aku lebih bebas bermanuver Maka dengan gerakan seperti yang sering kulakukan jika aku berhubungan seks dengan Kiki, cepat dan bertenaga, kulakukan juga hal itu pada Bu Via Tapi sesaat kemudian ia berbisik dengan mata yang masih terpejam

“Pelan-pelan saja, Rud Aku masih ingin orgasme”

Aku tersadar apa yang telah kulakukan Maka kini gerakanku pelan dan lembut seperti permintaan Bu Via Kini erangan dan desahan patah-patahnya kembali terdengar Ia menarik punggungku agar aku lebih dekat ke badannya Aku maklum Tentu ia ingin mendapatkan kenikmatan yang maksimal dari gesekan-gesekan bagian tubuh kami yang lain

Dan Bu Via memang benar, begitu dadaku bergesekan dengan buah dadanya, semakin besarlah sensasi kenikmatan yang kudapat Kurasa demikian juga dengannya, karena jeritannya berubah semakin santer Apalagi saat aku juga melumat bibir merahnya yang menganga, seperti bibir vaginanya sebelum aku menusukkan penisku di situ

Meskipun jeritannya agak bekurang karena kini mulutnya sibuk saling melumat bersama mulutku, tapi aku semakin sering mendengar ia mengerang dan terengah-engah kenikmatan Hingga beberapa saat kemudian aku mendengar ia meracau seperti sebelumnya

“Aku Ah Aku Uh Yang ketiga Aku orgasme, Rud Ahh”

Setelah jeritan panjang itu, matanya terbuka Tampak sorot matanya puas dan gembira Kemudian ia berbisik terengah-engah

“Aku Aku Sudah cukup, Rud Saatnya untuk kamu”

Aku tahu yang dia maksudkan, maka kemudian pelan-pelan semakin kugenjot gerakanku dengan libido dan semakin bertenaga pula Ia kini membiarkanku melakukan itu Kurasa Bu Via memang sudah puas mendapatkan orgasme sampai tiga kali Sekian lama kemudian kurasakan lahar panasku ingin meledak

Penisku berdenyut-denyut enak, menandai bahwa sebentar lagi akan ada ledakan dahsyat libido yang akan melambungkanku ke awang-awang Maka aku berusaha menarik penisku dari lubang vaginanya yang nikmat itu Tapi Bu Via menahan penisku dengan tangan lembutnya

“Biarkan. Biarkan Saja di vaginaku, Rud Aku ingin merasakan sensasi cairan hangat itu Di vaginaku Uhh Uhh”

Maka ketika lahar panas dari penisku benar-benar meledak, kubiarkan ia mengendap di sumur vagina milik Bu Via, dengan diiringi teriakan nikmat libido ku. Setelah itu, Bu Via memintaku untuk tetap berada di atas tubuhnya barang sesaat

Dengan lembut ia menciumi bibirku dan tangannya mengusap-usap puting susuku Aku juga melakukan hal yang sama dengan mengusap-usap buah dadanya yang saat itu basah karena keringat Dan memang sensasi libido yang kurasakan luar biasa

Cooling down yang diinginkan Bu Via itu membuatku merasa seakan-akan aku sudah sangat dekat dengan Bu Via Aku merasa ia seperti kekasihku yang sudah sering dan sangat lama bermain cinta bersama Aku merasa sangat dekat Maka begitu aku merasa sudah cukup, aku menarik penisku yang sebenarnya masih sedikit tegang dari lubang vaginanya

Tampak air muka Bu Via sedikit kacau Wajahnya berkeringat dan anak rambutnya satu dua menempel di dahinya Kami kemudian pergi ke kamar mandi pribadinya di kamar itu Kamar mandinya juga wangi Sambil bergurau, aku menggodanya

“Ibu Justru kelihatan cantik setelah bercinta” Ia hanya tertawa mendengar gurauanku
“Memang setelah bercinta denganmu tadi, seluruh pori-poriku seperti terbuka Aku sedikit capai tapi merasa segar”, jawabnya dengan berbinar-binar

Ia tampaknya memang puas dengan permainan cinta kami Di bawah shower, kami membersihkan diri dengan mandi bersama-sama Kadang-kadang kami saling membersihkan satu sama lain Ia membersihkan penisku dengan sabun dan aku membersihkan sekitar vaginanya juga Ia tertawa geli saat aku dengan halus mengusap-usap vaginanya dan rambut kemaluannya yang lebat itu

Setelah itu, kami duduk-duduk saja di sofa di depan TV Kami menonton TV, sambil mengobrol dan menikmati kopi panas yang ia buat Tapi ia masih membiarkan pemutar CD-nya hidup Kali ini suara Deep Forest yang juga mistis mengisi suasana ruangan itu

“Kamu tadi luar biasa, Rud ” katanya memujiku
“Meskipun masih muda, kamu bisa bercinta dengan sabar Aku sampai mendapat orgasme tiga kali” Ia tersenyum Matanya berbinar-binar
“Ah, itu juga karena Ibu. Gerakan Ibu yang sabar dan lembut membuat saya juga terpengaruh ”

Kami mengobrol sampai malam

Ia kemudian berkata, “Menginap di sini saja, Rud Ini sudah malam Besok pagi-pagi sekali kamu bisa pulang ” Setelah berpikir sejenak aku mengiyakan sarannya

“Kalau begitu masukkan saja motormu di garasi” katanya sambil memberikan kunci garasi

Maka aku turun untuk memasukkan motor ku ke garasi seperti yang di sarankan Bu Via Ketika aku naik kembali ke atas, ia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur terusan yang tipis dan halus, sehingga potongan tubuhnya tampak

“Kopinya tambah lagi, Rud?” tanyanya

Aku mengiyakan saja Saat ia meraih cangkir kopi di meja, aku menangkap pemandangan indah di balik pakaiannya yang tali pinggangnya tidak diikat dengan ketat Ia tidak memakai bra-nya, sehingga buah dadanya yang tadi kunikmati, tampak dengan jelas

Mulus dan indah Pemandangan itu membuat aliran darahku berdesir kembali Apalagi saat aku mencium aroma parfum dari tubuhnya, lembut dan menggairahkan Beda dengan aroma yang dia pakai sebelum kami berhubungan seks tadi

Sesaat kemudian ia telah kembali sambil membawa dua cangkir kopi Tali pinggang pakaiannya yang semakin longgar membuat pemandangan indah di baliknya semakin tampak Apalagi saat ia duduk, pakaiannya yang tersingkap menampakkan paha putih mulusnya, yang ditumbuhi bulu-bulu halus Serta sedikit bukit venus yang di pinggir celana dalamnya tersembul rambut yang menggairahkan Kami kembali mengobrol

Ia kemudian menatapku lama, sambil bertanya,

“Kau tidak capek, Rud?”
“Tidak”, jawabku

Sekali lagi ia menatapku lama lalu tangannya merangkul leherku dan sesaat kemudian ia telah melumat bibirku kembali dengan lembut Kali ini tanganku segera meraba buah dada di balik pakaiannya yang longgar yang sejak tadi sudah menggodaku Ia masih melumat bibirku saat tangannya pelan-pelan membuka kancing kemejaku dan kemudian melanjutkannya dengan menarik resliting celanaku

Begitu aku tinggal mengenakan celana dalam, ia juga melepas gaun tidurnya Tinggallah kami berdua hanya memakai celana dalam Kemudian aku menyambar buah dadanya Maka semakin lama, seiring dengan jeritan kecilnya yang terpatah-patah, buah dadanya semakin kenyal dan mengeras Ia menarik payudaranya dari mulutku Kemudian tangannya menarik celana dalamku Sejenak kemudian ia telah mengulum penisku yang sejak tadi juga sudah tegang dan keras Tapi yang dilakukannya tidak lama

Ia memintaku untuk tidur telentang di sofa Lalu ia melepas celana dalamnya dan telungkup di atasku Ia membelakangiku Vaginanya yang sudah mulai basah berlendir dan kelihatan merah didekatkannya di atas mulutku Sedangkan ia segera menangkap penisku yang berdiri tegak dan mengulumnya

Maka kami bedua saling mengulum, saling menjilati dan saling menyedot Kadang-kadang ia berhenti melakukan aksinya Barangkali karena ia lebih dikuasai oleh perasaan nikmat karena lubang vaginanya yang merah segar serta klitorisnya kupermainkan dengan mulut dan lidahku Ia mendesah mengerang terpatah-patah. Domino QQ

Setelah ia puas dan ingin segera memulai aksi puncak, ia menggeser pinggulnya menjauh dari mulutku, menuju penisku yang semakin lama kurasakan semakin keras Tangannya menangkap penisku dan membimbingnya memasuki vaginanya Dengan masih membelakangiku, ia menggoyang pinggulnya dengan lembut Tapi sesaat kemudian, ia berbalik menghadapku

Gerakannya saat ia berbalik menimbukan gesekan pada penisku yang luar biasa Membuat sensasi yang semakin nikmat Maka dengan menghadapku ia melanjutkan gerakan spiral pinggulnya tetap dengan halus Naik turun, maju mundur dan memutar Aku juga berusaha menggerakkan pinggulku agar menimbulkan sensasi yang lebih nikmat Maka semakin santerlah erangan dan desahan dari mulutnya yang terbuka, sambil matanya terpejam

Suara-suara itu beriringan dengan lagu Deep Forest dari CD yang terus mengalun mistis Tanganku yang semula memegangi pinggulnya di bawanya naik ke atas agar mempermainkan buah dadanya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakan pinggulnya Maka kemudian tanganku mempermainkan buah dadanya itu Kuelus dan kupelintir kedua putingnya yang coklat kemerahan Sekian lama kemudian ia menjerit sambil meracau

“Uhh Uhh Aku orgasme Aku orgasme, Rud Ah Ahh ”

Setelah ia menjerit panjang menandai orgasmenya, ia membuka mata Kemudian ia tidur menelungkup dengan beralaskan bantal sofa, dengan kedua kaki mengangkang terbuka, sehingga belahan vaginanya yang indah, merah dan basah berlendir tampak sangat menggairahkan Ia memintaku juga untuk menelungkup di atasnya

Dengan kedua tanganku yang memegangi kedua buah dadanya sekaligus sebagai penahan berat badanku, aku menelungkup di atasnya Dan kusodokkan dengan lembut penisku yang masih tegang dan keras ke lubang vaginanya dari arah belakang Kini aku yang harus lebih aktif, maka kugerakkan pinggulku maju mundur, naik turun

Bu Via masih terus mengerang dan mendesah terpatah-patah dengan mata yang terpejam Tanganku juga tetap aktif mempermainkan buah dada dan puting susunya Sedangkan mulutku kupakai untuk menelusuri lehernya yang jenjang dan halus Sekian lama kemudian terasa lahar panasku akan meledak

“Uhh Ahh sebentar lagi Sebentar lagi hampir !”, kataku terbata-bata
“Uhh Uhh Aku juga, Rud Jangan kau cabut penismu Kita sama-sama Ahh Ahh”

Sesaat kemudian kami sama-sama menjerit kecil, menandai puncak kenikmatan yang kami capai bersamaan Seperti sebelumnya, Bu Via memintaku tidak segera mencabut penisku Matanya masih terpejam, tapi wajahnya tersenyum Aku juga masih mempermainkan buah dadanya dengan lembut Ia dengan lembut berkata

“Aku bahagia sekali malam ini, Rud ”, yang kemudian kujawab dengan kalimat yang sama

Ia kemudian memintaku mencabut penisku dari lubang vaginanya Lalu ia telentang dan mencium bibirku dengan lembut Ia seterusnya meneguk kopi yang sudah mulai dingin Tampak bahwa ia kehausan setelah permainan seks yang indah itu

Dengan masih bertelanjang bulat, ia berjalan ke luar ruangan itu dan sesaat kemudian membawa sebuah lap dan semprotan air untuk membersihkan spermaku dan lendir vaginanya yang tumpah di atas sofa Aku membantunya membersihkan noda itu

Setelah itu, seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta, ia menuntunku menuju kamar mandi pribadinya untuk bersama-sama membersihkan diri Karena kecapaian dan memang sudah cukup malam, kami kemudian memutuskan untuk tidur Saat aku kebingungan karena aku memakai jeans dan kemeja yang tentu saja tidak nyaman, Bu Via menyarankanku untuk tidur dengan celana dalam saja

“Sudah, pakai celana dalam saja, biar suhu AC-nya kuminimalkan”, demikian katanya

Aku menyetujuinya Ia memintaku tidur di ranjangnya Kulihat Bu Via juga hanya memakai gaun tidur halus dan tipis saja serta celana dalam tanpa mengenakan bra

“Aku memang biasa begini, Rud Rasanya lebih nyaman dan bebas bernapas”, katanya

Di balik selimut, Bu Via memelukku dan menyandarkan wajahnya di dadaku Maka aku tersenyum saja saat buah dadanya yang hangat dan lembut, yang menyembul keluar dari gaun tidurnya yang tidak ditalikan dengan erat, sering terasa bergesekan dengan dadaku Demikian juga dengan Bu Via

Esoknya, pagi-pagi sekali HP-ku sudah berbunyi Kiki menghubungiku Memang begitu kebiasaannya, yang membuatku sering jengkel Tapi jika kutegur, ia hanya akan tertawa-tawa saja Kangen katanya Begitu aku selesai bicara, Bu Via bertanya

“Siapa, Rud? Pacarmu, ya?”

Ia hanya tersenyum ketika aku mengiyakan pertanyaannya Kemudian ia bangkit dari ranjang Tali gaun tidurnya yang terlepas memperlihatkan payudaranya yang mulus putih, serta bukit venusnya yang menonjol indah mengundang gairah Ia membenahinya dengan tenang, sambil tersenyum melihatku terpana melihat pemandangan itu

Kemudian ia ke kamar mandi Segera terdengar suara yang mendesis, mengalahkan suara kran yang mengalir lambat Bu Via sedang pipis rupanya Mendengar suara seperti itu timbul gairahku Sesaat kemudian ia keluar dari kamar mandi Kemudian ia berbisik kepadaku

“Kau tidak ingin mengulang kenikmatan libido semalam, Rud?” Aku tersenyum memahami yang ia maksudkan
“Sebentar, Bu ”, jawabku sambil menuju ke kamar mandi, karena ingin kencing

Setelah itu kami mengulangi percintaan kami semalam Badanku yang segar karena tidur yang nyenyak semalam, membuatku bersemangat melayani gairah libido Bu Via yang juga tampak segar Aku merasakan vaginanya lebih hangat dan justru beraroma lebih menggairahkan pada pagi setelah bangun tidur seperti itu Dan bau badannya juga lebih natural

Kami bercinta sampai Bu Via mendapat orgasme tiga kali Jadi selama bercinta denganku, Bu Via menikmati orgasme sebanyak delapan kali Maka siangnya, ketika aku bertemu dengannya di kampus ia tampak sangat gembira Wajahnya berbinar dan kelihatan sangat bergairah menjalani aktivitasnya hari itu

Begitulah, kini hampir setiap akhir pekan aku selalu mendapat SMS dari Bu Via yang bunyinya begini: “Kau tidak sibuk malam nanti kan, Rud? Bisa datang ke rumah?” Maka setiap mendapat SMS seperti itu segera selalu terbayang sesuatu yang menyenangkan yang akan kami lakukan bersama

Setiap akhir pekan anaknya selalu bermalam di rumah sepupunya di luar kota sehingga Bu Via sendirian di rumah Dan pembantunya juga pulang karena hanya datang pada siang hari saja Setiap aku mendapat SMS itu, aku juga segera menghapusnya agar tidak terbaca oleh Kiki Di kampus aku juga berusaha bersikap biasa saja dengan Bu Via

Ia dosen yang baik dan dihormati oleh semua orang di kampus Aku sedikitpun tidak ingin merusak citranya Dan ia pun seorang yang professional, meskipun di luar kami sering bercinta dengan libido, ia tetap menghargaiku sebagai mahasiswanya dan ia tetap membimbing tugasku dengan serius Sesuatu yang sangat aku sukai

Bercinta dengannya bukan sekedar mendapat kepuasan libido, aku merasakan sesuatu yang lain. Entah apa itu.

KAKAKKU YANG SELALU BERSEDIA MEMBERIKAN PERHATIAN

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id


Cerita Dewasa - Semuanya bermula sejak aku dikirim ke Medan untuk menemani pamanku yang tinggal sendirian ditinggal meninggal oleh istrinya. Memang sejak kecil, aku sudah sering berpindah tempat. Sekolah Dasar, aku lewati di Bandung, SMP, aku lalui di Balikpapan, dan SMA di Medan.

Aku tidak tahu alasan orangtuaku yang memperlakukanku begitu. Aku punya asumsi mereka kurang menerima kehadiranku, aku benci mereka semua. Tapi tidak dengan kakak perempuan ku, Mira (Mira kakak perempuan ku yang nomor 2, dan kakak satu-satunya, aku punya satu adik perempuan, dan dua saudara laki-laki).

Aku sangat menyayangi Kak Mira, karena dia sangat pengertian, mau menghibur hatiku yang sering kalau rinduku sangat menggebu, karena kami sangat jarang bertemu. Sewaktu aku dikirim ke Medan, dia melanjutkan kuliah ke London. Kami kembali bertemu di Jakarta sewaktu aku tamat SMA, dan dia kembali dari London untuk persiapan pernikahannya.

Tiga bulan kami banyak bersama, tapi dasar Kak Mira yang sangat pengertian, dia malah bukan mengurusi pernikahannya, eh malah mengurusi aku. Kami banyak bersama, aku sangat menyanginya. Saking sayangnya dia pernah menciumku, tapi tanpa sadar aku membalasnya dengan mencium bibirnya, dia memelukku dengan hangat.

Tapi aneh kurasakan, dia tidak menolaknya, malah mulai memainkan lidahnya di mulutnya. Hmmm, sungguh indah saat itu. Tanpa sadar aku mulai meremas payudaranya yang besar menantang.

Dia mulai menjerit lirih. Dari bibir, ciumanku turun ke lehernya, lama aku bermain di sana. Kak Mira menekan kepalaku seolah menuntunku untuk menciumi dadanya. Aku mulai nekat, membuka bra-nya dan muncullah pemandangan yang sangat indah.

Mula-mula kuciumi ketiaknya, sementara tangan kiriku meremas bukit tanpa pelapis itu. Ciumanku berpindah ke payudaranya. Kucium perlahan pangkalnya, dia nyeletuk, “Ah.. Andre, nikmat sekali…” lalu kuciumi putingnya yang merah merekah. Ah, nikmat sekali waktu itu. Kami melakukannya hampir satu jam, sampai kami sama-sama sadar.

Kejadian itu terhenti begitu saja setelah tiga bulan menikah. Kami kembali melakukannya. Saat itu kutahu Kak Mira kurang bahagia, karena setelah bulan madunya yang 2 minggu, suaminya harus kembali ke Pekanbaru. Tinggallah kakak perempuan ku sendirian.

Suatu malam, aku menemaninya menonton Drama di TV. Saat itu kembali dia memelukku, kami saling berciuman mesra sekali. Malu-malu aku mulai membuka pakaiannya. Dia membiarkan saja, bahkan mulai mengusap permukaan resleting celana panjangku dengan sangat bernafsu.

Aku makin gemas dan bernafsu melihat tingkahnya, pakaiannya kupreteli sampai lembar terakhir. Tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan kudekatkan ke arahku. Mukaku persis di depan selangkangannya sehingga aku dapat melihat gundukan bukit kemaluannya tepat didepan mata.

Aku semakin tak sabar, aku memandang ke atas dan Kak Mira menatapku sambil tetap tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu. Tanpa aba-aba dariku Kak Mira menganggukan kepalanya perlahan, seolah mempersilakanku memmainkan kemaluannya.

Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya yang mulus terus ke atas sampai kedua belah pahanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun. Halus sekali kulit pahanya dan begitu seksi dan padat. Aku mengusap perlahan dan mulai meremas.

“Oooh…” Kak Mira merintih kecil, kemudian jemari kedua tanganku merayap ke belakang, kebelahan bokongnya yang bulat. Aku meremas gemas di situ. Aahh… begitu halus, kenyal dan padat. Tiba giliran lagi aku berhadapan dengan lubang kemaluannya.

Sejenak aku berhenti, menikmati pemandangan itu. Bau alat kelaminnya langsung menyergap hidungku. Mmmm… harum. Kini terpampanglah sudah daerah “forbidden” itu, menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahanya yang seksi.

Sementara di bagian tengah gundukan bukit kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang kemaluannya. Dan di sekitar situ aku mengagumui bulu-bulunya yang seperti kawanan domba di bukit.

Aku hanya bisa melongo menyaksikan keindahan bukit kemaluannya dan tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan yang baru pertama kalinya ini. “Oohh.. Kak Mira… indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup kuucapkan saat itu. Selanjutnya aku masih melongo menikmati keindahan surga dunia milik kakak perempuan ku, Mira.

Bau yang keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang kempis menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku. Aku mulai menciumi pahanya yang mulus, sementara tanganku sibuk mengusap-usap pahanya yang lain. Tangannya meremas rambutku sambil berteriak kenikmatan. Ciumanku mulai naik ke selangkangannya.

Kak Mira tidak sabaran, dia menuntun kepalaku ke arah kemaluannya, aku hanya menuruti. Kuciumi kemaluannya, remasannya mulai keras, apalagi saat lidahku bermain di klitorisnya. Aku tak puas juga, aku mengisapnya sekuatnya, mungkin ciuman di lubang kemaluannya itu berlangsung lebih dari 15 menit.

Kembali aku memandang ke wajahnya, walaupun wajahnya sedikit memerah karena malu. Ia berusaha untuk tetap tersenyum. Dadanya terlihat sangat menonjol. Alamak! Buah dadanya itu ternyata memang berbentuk bulat, ukurannya 34B, warnanya putih bersih, putingnya tampak berwarna merah muda kecoklatan.

Aaah… cantiknya kakak perempuan ku ini apalagi kalau sedang telanjang bulat seperti ini, “Kak…” bisikku lirih. Batang kemaluanku semakin berdenyut tak karuan. Lalu Kak Mira mengulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri lagi. Domino QQ

Kini rasanya kami seperti Adam dan Hawa saja. Bertelanjang bulat satu sama lain seperti kaum nudis saja. “Aku tahu, kamu tidak pernah bahagia, aku ingin membahagianmu, dengan cara apapun itu.. kini nikmatilah!” bisiknya mesra.

Aku merangkul tubuhnya yang telanjang merasa terharu. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika kedua payudaranya yang bulat menekan lembut dadaku yang bidang. Aaah, aku merintih nikmat. Jemari tanganku tergetar saat mengusap punggungnya yang telanjang.

Begitu halus dan mulus, aku tak sanggup menahan gejolak nafsuku. Aku tak tahan lagi, aku menyetubuhinya. “Aahh… Kak, kita lakukan di kamar yuk!” bisikku tanpa malu-malu lagi. Kak Mira tersenyum dalam pelukanku. “Terserah mau melakukannya dimana,” sahutnya mesra.

Dengan penuh nafsu, aku segera meraih tubuhnya dan kugendong ke dalam kamar. Saat itu aku sempat melirik jam dinding ruangan, sudah hampir pukul 12:00. Kurebahkan tubuhnya yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah. Suasana dalam kamar kelihatan sangat romantis (maklum kamar pengantin baru).

Jantungku berdegup kencang saat kunaiki ranjang dimana tubuh Kak Mira yang telanjang berada. Ia memandangku tetap dengan senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas tubuhnya yang bugil dan menindihnya. Aku tak sabar ingin segera memasuki tubuhnya. Aku merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus mulus.

Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan bundar dengan puting-putingnya yang kemerahan sangat menawan hatiku, namun kutahan sementara keinginanku untuk menjamah buah terlarangnya itu. “Ah…” ia hanya melenguh pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya dan batang kemaluanku yang tegang itu mulai menusuk celah bukit kemaluannya, mencari liang kemaluannya.

Kurasakan bukit kemaluannya terasa lunak dan hangat. Aahh… tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara kedua bibir kemaluannya. “Pelan-pelan Ndree…” bisiknya pasrah. Lalu dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala kemaluanku yang sudah tak sabar ingin segera masuk.

Kak Mira memeluk pinggangku mesra, sementara kulihat ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang akan segera memasuki tubuhnya. Aku mencari liang kemaluannya di antara belahan bukit kemaluannya yang lunak. Aku tak dapat melihat celah kemaluannya karena posisi tubuhku yang memang tak memungkinkan untuk itu namun aku berusaha untuk mencari sendiri.

Kucoba untuk menelusup celah bibir kemaluannya bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan buntu. “Agak ke bawah… aahh kurang ke bawah lagi, mmm… yah tekan di situ Ndre… aaawwww pelan-pelan… sakiit…” Kak Mira memekik kecil dan menggeliat kesakitan, namun segera kupegang pinggulnya agar jangan bergerak.

Akhirnya aku berhasil menemukan celah kemaluannya itu setelah kakak perempuan ku itu menuntunku. Aku pun mulai menekan ke bawah, “Hhgkghh…” kepala kemaluanku kupaksa untuk menelusup ke dalam liang kemaluannya yang sempit. Terasa hangat dan sedikit basah.

Kukecup bibirnya sekilas, lalu aku berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan batang kemaluanku sepanjang 16 cm itu seluruhnya ke dalam liang kemaluannya. Kak Mira mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kemaluanku yang besar mulai berhasil menerobos liang kemaluannya yang sangat-sangat sempit sekali.

“Tahan Kak… Kak masukkan lagi! Hhgghh… ahhh sempit sekali Sayang aahhh…” erangku mulai merasakan kenikmatan dan “Sssrrtt,” kurasakan kepala batang kemaluanku berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang kemaluannya.

“Aaawww…” teriak Kak Mira memelas, tubuhnya menggeliat kesakitan. Aku berusaha menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan kulumat dengan perlahan. “Mmmm… cuupp… cuupppp.”

Lalu… “Hhhgghh.. tahan sayang! kutekan lagi yaah…” bisikku di antara rasa pedih dan nikmat karena jepitan liang kemaluannya itu begitu ketat seolah-olah kepala batang kemaluanku diremas oleh sebuah daging yang sangat kuat cengkeramannya, walaupun terasa hangat dan lunak. Mmmm… nikmatnya saat batang kemaluanku menggesek celah kemaluannya.

“Hhhh… liang kemaluan Kakak masih sangat sempit.”
“Kemaluanku sakit… ” erang Kak Mira lirih.
“Yahh… kita tahan dulu, mungkin pemanasannya kurang lama…” bisiknya bernafsu. Domino 99

Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan memeluknya dengan kasih sayang. “Aahhh…” aku menggelinjang nikmat merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Apalagi saat dadaku menekan kedua buah payudaranya yang montok rasanya begitu kenyal dan hangat. Puting-puting susunya terasa sedikit keras dan lancip.

Mmm… mmm… kemudian kurasakan pula perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat batang kemaluanku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang kemaluannya lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam situ, tapi aahh… aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan kenikmatan.

Aku ingin mencumbunya ini dulu, mengulum bibirnya, meremas dan mengenyot-enyot kedua buah payudaranya, dan terakhir akan kucumbu seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat kelaminnya, kujilati bibir kemaluan dan klitorisnya sampai Kak Mira merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan orgasme sepuasnya.

Ia memandangku dari jarak yang kurang dari 10 senti dan tertawa renyah, “Mmmm… Kakak bahagia sekali bersamamu seperti ini…” Belum sempat ia selesai ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang nakal itu. Kak Mira membalas ciumanku dan melumat bibirku dengan mesra.

Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan Kak Mira langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggulnya yang hangat padat dan kuremas gemas.

Ketika tanganku bergerak ke belakang ke bulatan bokongnya yang bulat merangsang, bersamaan dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku menggesek tubuh Kak Mira yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana batang kemaluanku yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit kecil milik Kak Mira yang empuk.

Kugerakkan pinggulku secara memutar sambil kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir kemaluannya yang empuk sambil sesekali kutekan-tekan nikmat. Kak Mira ikut-ikutan menggelinjang kegelian, namun ia sama sekali tak menolak walaupun beberapa kali kepala batang kemaluanku yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir kemaluan, seolah akan menembus liang kemaluannya lagi.

Ia hanya merintih kesakitan dan memekik kecil kalau aku salah menekan. “Aawww… saakiit…” erangnya membuatku makin terangsang saja. “Aahhh… ssshhh…” aku melenguh keenakan. Setan-setan burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut, seolah bernyanyi “Hangat terasa, terlena…”.

Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu, bibirku menggeser tubuhku ke bawah sampai mukaku tepat berada di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah apel. Kini ganti perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu. Woow… enakk. Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai menggerayangi “Gunung Fuji” miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua payudaranya.

Kelima jemari masing-masing tanganku kurenggangkan satu sama lain dan membentuk seperti cakar burung dan aku mulai menggesekkan ujung-ujung jemariku mulai dari bawah payudaranya di atas perut terus menuju gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok.

Kak Mira merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mm.. mmm… iih geli…” erangnya lirih.


TANTE MARIE MEMINTA JATAH DENGANKU

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id

Cerita Dewasa - Ah, lega rasanya, setelah hampir setahun penuh berkutat dengan pelajaran, akhirnya aku dapat menyelesaikan Ujian Akhir Sekolahku dengan baik,yah walau pun aku tak berani menjamin aku dapat nilai tinggi pada ujian itu, yang penting semua telah berlalu dan aku sekarang bebas

Nafsuku juga sudah tak tertahankan lagi, selesai ujian aku langsung mencari “istri-istriku” tapi mereka semua menghilang entah kemana, katanya sih pergi hura-hura, bahkan Putri, yang biasanya tak pernah menolak pun, dengan memelas mengatakan malam ini ia tak bisa karena besok harus pergi ke luar kota utuk mendaftar di universitas

“Ya sudahlah” batinku dalam hati, dan aku sangat bersyukur saat teman-teman kostku yang umumnya sudah kuliah mengajak hang out di kafe sambil nonton live band Tak apalah, toh aku sudah lama tidak jalan bareng mereka, maklum, semenjak nilai kelulusan UAN dipertinggi, aku seketika jadi kutu buku yang terus belajar

Akhirnya dengan sedikit malas-malasan aku mandi, berpakaian seadanya lalu pamit pada Ibu kos yang masih saudara jauhku, lalu tanpa terasa, akibat obrolan akrab yang rileks, akhirnya kami sudah mengambil tempat di salah satu meja di kafe tersebut Aku masih sangat asing dengan kafe tersebut, karena mamang baru saja dibuka sewaktu aku sedang berkutat dengan soal-soal

Waktu terus bejalan, sampai tak terasa kami sudah duduk selama 2 jam di kafe itu, dan karena ini bukan malam minggu, kafe tersebut sudah lumayan sepi, dan kami sadari hanya kamilah saat itu yang masih menyandang status remaja, selain musisi band kafe tentunya

Lainnya merupakan orang kantoran yang sedang bersantai sehabis lembur, beberapa pasangan, yang semuanya berusia jauh diatas ku Tiba-tiba seorang pelayan kafe menghampiriku, dengan setengah bebisik ia menyampaikan sebuah pesan untukku

“Permisi mas, ini ada titipan” ujarnya sambil menyerahkan secarik kertas padaku
“Dari siapa mbak?”

“Maaf, dia menolak untuk diberitahu” jawab pelayan tersebut yang membuatku semakin penasaran, langsung saja aku buka memo itu

“MISCALL KE NO INI DONG 081********”

Seketika dahiku mengerut membaca memo itu, lalu karena penasaran aku langsung menghubungi nomor itu, setelah tersambung dan saat aku hendak bertanya siapa disana, tiba-tiba dia menutup teleponnya Penasaran aku mencoba menghubungi kembali, namun yang ada hubungan diputuskan sebelum tersambung

Setengan jengkel aku memasukkan hpku ke saku kembali, lalu kembali tenggelam dalam cerita seru teman-temanku, yang ternyata tidak tahu kejadian barusan Sedang asik-asiknya bercanda, tiba-tiba hpku berdering, lalu dengan segera aku melihat ke panel untuk mengetahui siapa yang menelepon, ternyata nomor yang tadi

“Hallo”
“Hai, sori yah mengganggu, tapi boleh kenalan ga`?”
“Ya boleh saja, tapi kamu dimana?”

“Lihat saja kearah jam 4″ lalu dengan refleks aku berbalik dan menemukan sesosok wanita sedang melambai kearahku

“Kesini dong”

Langsung saja aku mencuil lengan temanku dan mengatakan aku ingin ke toilet, dan akupun berjalan menuju wanita itu,dia mengenakan baju coklat dengan pundak terbuka serta celana jins dan tak pakai lama aku ketahui namanya ternyata Marie, dan yang membuat aku terkejuta adalah umurnya ternyata sudah mencapai 34, padahal dari tadi aku menyangka paling banyak dia berumur 25 tahun, cantik, menarik, dan kalau aku boleh bilang, seksi

Dan untuk menghormatinya aku merubah panggilan kakak menjadi tante marie Aku tak pandai menaksir tinggi berat dan tinggi tubuh seseorang, tapi aku amat tertarik pada kedua bukit kembarnya yang menjulang dan masih terlihat kencang

“Mand, kalo ngomong ma orang tuh, yang di perhatiin tu mukanya bukan toket nya” ujar tante marie di sela-sela omongan

“Astaga”kataku dalam hati

“Eh… sori tan, abis bagus banget si, gede, padet,asik kali yah kalo bisa ngeremes” ujarku spontan sambil pasrah apabila tante marie langsung menempeleng mukaku, karena berkata kurang ajar, tapi ternyata

“Eh jadi toket aku masih menarik yah” tanyanya sambil melirik ke toketnya, aku yang merasa dapat angin langsung melanjutkan

“Iya tante, masi bagus, tante pandai yah merawatnya”

Saat sedang asik-asik ngobrol, teman-temanku mencuil lenganku lalu mengajakku pulang, sekalian saja aku mengenalkan mereka pada tante marie, dan entah bagai mana sepertinya tante marie meyakinkan mereka kalau kami punya hubungan saudara dan sudah lama tak bertemu, temanku yang tadinya ingin mengajakku pulang jadi meninggalkan aku dengan tante marie, setelah tante marie meyakinkan dia yang akan mengantarku pulang

“Tapi kamu mo ngeremes toket tante, jadi ga` pa pa kan tante ngaku jadi saudara kamu” ujarnya seperti bisa membaca keherananku setelah teman-temanku pergi

“Eh… iya” jawabku agak grogi mendengar perkataan tante marie
“Hihihi… ko malah grogi si?”

“Eh… enggak ko tan, biasa aja, j…jadi mand boleh ngeremes ni tan?” kataku mencoba berkata selurus mungkin tapi aku yakin dan pasti suaraku seperti orang ketakutan, dan aku makin yakin pada hal itu saat mendengar tawa tante marie

“Hahaha… jangan grogi gitu dong, biasa aja”

“Yuk ah, kita pergi, kafenya juga dah mau tutup ni” kata tante marie lalu menarik tanganku keluar kafe dan langsung menuju parkiran

Akhirnya kami sudah berada dalam BMW m3 silver kepunyaan tante marie, lalu setelah memutar musik klasik di tape mobilnya ia dengan tiba-tiba menurunkan pundak bajunya sampai ke perutnya sehingga terlihatlah bh putihnya, tak pakai lama, bh itu sudah terlepas dan tergeletak begitu saja di jok belakang, aku hanya menelan ludah melihat sepasang tonjolan, lebih tepatnya gundukan besar di dadanya, menggantung tegak menjulangkan putting coklat muda di tengah-tengah gundukan itu

“Lho, ko cuma diliatin? Katanya mau ngeremes?” kata tante marie

Langsung saja aku menerkam gundukan nafsu itu dengan liarnya, yang membuat tante marie menjadi merintih-rintih seketika Seolah terpacu oleh sura rintihan itu, aku semakin liar menggarap toket itu, yang kanan ku jilati, kugigit puttingnya, sedang yang kiri aku tangani dengan tangan kiri, aku remas dengan lembut tapi penuh nafsu, sambil terkadang menjentil-jentil putingnya

“Sayang, sabar dulu yah, kita kerumah aku aja, kalo disini ntar kepergok lagi” ujar tante marie, dan aku pun menggauk tanda setuju, tapi aku tetap menahan tangan tante marie saat ia hendak membenahi bajunya, jadilah sementara tante marie mengemudi tanganku tetap mempermainkan toketnya itu

Tak lama, mobil tante marie sudah memasuki gerbang sebuah rumah besar di pinggir kotaku Bukan besarnya rumah yang membuatku terkejut, tapi aku sudah sangat kenal dengan rumah ini, karena aku sering menggarap Putri disini, ya, ini rumah keluarga Putri, dengan penuh tanda tanya aku menunggu tante marie membukakan pintu Setelah didalam, keterkejutanku belum hilang, dan tampaknya tante marie sadar akan hal itu, sehingga di berkata

“Kenapa? Kok heran sih? Ini memang rumah keluarga Putri”
“Em… tante nyewa disini yah?” Domino QQ

“Bukan, gini yah, aku ini simpananya papanya Putri, jadi aku dibuat seolah-olah ngontrak disini, pas kemaren kamu main ma PUtri disini aku juga liat ko, pasti kalian ngira rumah ini kosong kan? Waktu itu aku sudah ada dirumah ini” ujar tante marie menjelaskan panjang lebar

“Jadi tante liat aku dengan Putri… ”
“Semuanya!” kata tante Marie menegaskan
“Makanya aku jadi kepengen nyobain ma kamu, abis Putri keliatannya nikmat banget sih”
“Ah tante curang, tante dah liat aku tapi aku cuma dapet toket doang”

Selesai berkata begitu tante marie mendorongku ke sofa lalu memasang memasang musik

“Tenang aja sayang, aku ngajak kesini bukan cuma buat toketku aja”

Musik mengalun, irama dance mengiringi langakah perlahan tante marie yang mengeluarkan aura kesexyannya, bajunya yang tadi aku buka entah sejak kapan melekat kembali dibadannya Setelah tiba didepanku, ia menatapku menggoda, lama sekali rasanya sebelum ia mulai mengusap-usap selangkangannya dan mulutnya mengulum tanganya yang satu lagi, sambil sesekali memukul pantatnya

Saat yang dikirannya aku sudah panas berat, ia mulai bergoyang mengikuti irama dance, meliuk-liuk erotis, sambil memainkan pinggiran bawah bajunya, sesekali ia mengkat baju itu hingga perut mulusnya kelihatan Jantungku semakin cepat berpacu saat ia mengangkat baju itu dan mencampakkannya entah kemana, begitu juga dengan celananya sudah tak menutupi paha mulusnya lagi

Sekarang dengan hanya tertutupi oleh bh dan cd ia menari lebih liar, sehingga toketnya berguncang-guncang, sepeti hendak jatuh Akhirnya ia membalikkan badannya, lalu menungging persis di depan hidungku, dengan perlahan ia tarik kesamping penutup vaginanya sehingga memperlihatkan sorga bagi ****** pria

Sebelum lidahku mencapai vagina itu, ia menarik pantatnya Setelah menari sedikit lagi, tante marie menggapai pengait bhnya dibelakan, dan dengan satu hentakan bh itu seketika menjadi longgar dan toketnya seperti terloncat

Setelah bermain-main dengan toketnya sebentar, ia berjalan kearahku, lalu duduk di pangkuanku Sempat bertatap mata sebentar, ia menempelkan bibirnya ke bibirku, lalu dengan agresif meluamatnya Lidahnya mulai menyelinap ke dalam mulutku, lalu dengan tiba-tiba aku menyedot lidah itu sekuat tenaga, sehingga tante marie tersentak kaget, dan sebagai ekspresi kenikmatannya pantatnya digesek-gesekannya ke selangkanganku

Seketika konyol ku berdenyut dengan hebatnya, lalu mulai berevolusi menjadi senjata tempur Sepertinya tante marie merasakan desakan di pantatnya, sehingga ia turun dan mulai melepaskan resletingku, saat tanganya menyelinap di cd ku, ia menarik keluar ******ku yang hampir berevolusi sempurna itu

“Waduh, hebat banget, kamu masih kecil tapi ******nya dah gede gini, wah bulunya nyampe batang yah? asik ni, bakal nikmat” ujar tante marie tanpa bisa menghentikan ekspresi keterkejutannya Memang, akibat kebodohanku di waktu kecil dibatangku juga tumbuh bulu, tapi akhir-akhir ini, aku tahu bahwa itu membawa kenikmatan ekstra bagi vagina wanita, apa lagi bulu itu aku pangkas pendek, sehingga menjadi berdiri dan tajam-tajam, seperti kumis atau jenggot yang baru dicukur

Sementara itu tante marie keliahatan berkonsentrasi memasukkan ******ku ke mulutnya, ia hanya berani memasukkan sampai batas bulu batangku, mungkin dia tak dapat menahan geli-geli akibat bulu-bulu itu Sambil meremas-remas pelirku dengan lembut, ia menaik turunkan kepalanya di selangkanganku

Bosan dengan kevakumanku, tante marie membimbing ku kelantai lalu berbalik untuk posisi 69 Cd hitamnya kini terpampang di depan wajahku, dengan perlahan aku gosok tengah cdnya dengan jariku Seketika aku sudah melepaskan cd itu, dan kini terpampanglah vagina yang bersih dari bulu dihadapanku Aku telusuri belahanya dengan jariku lalu aku kuakkan celah itu sehingga memperlihatkan daging merah muda yang tersimpan dibaliknya

Tanpa menhiraukan bau khas vaginanya aku menjilatinya perlahan, sehingga tante marie yang sedang mengerjai ******ku mendesah-desah keenakan Ia mengangkat tubuhnya lalu pindah ke sofa Seakan memanasi aku, ia mengusap-usap vaginanya sambil medesah-desah

Tanpa disuruh aku langsung menerkam vagina itu, kali ini aku tak sungkan untuk berlaku liar pada vaginanya, sehingga kelembutan yang tadi aku tunjukan hilang seketika tante marie tampaknya terkejut akan perubahan itu, sehingga memaksa mulutnya megeluarkan desahan-desahan hebat, untuk mengekspresikan kenikmatan yang dia rasakan

“Uohh… sayang, enak sayang, terus… ya disitu” Ucapnya berkali-kali saat lidahku mengenai klitnya Terikan itu bagai penyemangatku untuk melakunnya lebih liar lagi, sehingga desahan itu semakin tak terkotrol lagi keluar dari mulut tante marie

“Ukh… sayang aku tak kuat lagi, masukkan sayang… sekarang”

Mendengar itu aku, langsung mengendurkan seranganku di vaginanya, dan hanya menciumi bagian dalam pahanya Menyadari hal itu, tante marie terlihat kecewa,

“Sayang, masukkan sekarang aku sudah ga kuat lagi” rintihnya setengah memohon

Aku yang memang menyukai keadaanya itu, seolah tak menghiraukannya Lalu tante marie terlihat kalap, ia berdiri lalu menidurkan aku di lantai, dan tanpa banyak tanya lagi, ia meraih ******ku lalu dengan setengah berjongkok ia menempelkan ******ku ke bibir vaginanya yang sudah basah itu, dengan sekali entakan,

Setengah ******ku menerobos liang vaginanya Lalu ia mencoba menekankan agar ******ku masuk lebih dalam, tapi saat bibir vaginanya menyentuh batas bulu batangku ia sontak menarik pantatnya, terlihat ia menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan Iba melihanya, aku raih tubuhnya lalu aku kecup bibirnya, sesaat sebelum aku hentakkan pantatku keatas aku peluk dia erat-erat sambil tetap menciumi bibirnya

“Mmph…” terdengar jeritan tertahan keluar dari mulutnya saat aku dorong pinggulku keatas, dan pinggulnya terlihat menegang Aku peluk di lebih erat, dan pantatnya aku tekankan kebawah sehingga ******ku sekarang sepenuhnya tersarung di vaginanya Aku renggangkan pelukanku, dan membiarkan tante marie menikmati bulu batangku di vaginanya

Tak lama, tante marie bangkit, dan mulai menggerak-gerakan pinggulnya, terasa bagai sengatan listrik kenikmatan itu menjalar di seluruh tubuhku Makin lama gerakannya semakin cepat dan liar, tak jarang ia menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan seakan ingin mereamas ******ku dengan vaginanya Sekian lama bergoyang kenikmatan sesaat menjelang keluarnya sperma mulai kurasakan, tapi tiba-tiba saja tante marie melenguh dan vaginanya meremas ******ku kuat

“Arghh… sayang aku dah keluarrrrr” teriaknya diiringi desakan air hasil orgasmenya di ******ku, toketnya yang besar itu jatuh menimpa dadaku setelah tubuhnya mengejang Aku biarkan dia menikmati keadaan ini sebentar, aku peluk dia sambil lehernya kukecup

Setelah tante marie tenang, dengan ******ku masih bersarang di vaginanya aku balikkan dia secara tiba-tiba Belum hilang kekagetanya, aku raih kedua tanganya lalu aku tahan diatas kepalanya, dan tanpa ampun aku langsung mengenjotnya sekuat tenaga, kali ini aku betul-betul buas melihat toketnya yang menjulang karena tanganya aku letakkan diatas kepala, sambil pinggulku terus bergerak turun naik, mulutku terus melahap toketnya, aku jilati, aku hisap sekuat tenaga

Tampaknya tante marie setengah mati menerima seraganku, pinggulnya bergoyang kegelian, tubuhnya menggeliat, tanganya berusaha melepaskan peganganku agar bisa meremas sesuatu untuk meredam nikmatnya, tapi aku aku tak mau tau, aku tetap mengenjotnya sambil menghisap-hisap putingnya, sehingga tante marie hanya bisa teriak-teriak untuk mengekspresikan kenikmatan yang dia rasakan

Dalam beberapa menit, teriaknya semakin liar dan ditandai teriakan keras ******ku kembali dibasahinya dengan air orgasmenya Aku yang juga merasakan hampir sampai tak mengurangi seranganku sedikit juga, tak peduli hentakan tante marie yang semakin kuat untuk melepaskan belengguku Akhirnya saat itu akan tiba, ******ku serasa hendak meledak

“Tante, aku keluarrrrrr… arghhh… ” teriaku sesaat sebelum ******ku meledak Lalu diawali dengan tusukan kuat yang membenamkan ******ku penuh ke vaginanya aku muntahkan spemaku di dasar terdalam vagina tante marie, tak cukup sekali, aku kembali menghentak seiring tembakan kedua di vaginanya, terus ketiga, dan akhirnya berhenti di hentakan kelima

Tangan tante marie terlepas dan seluruh badanku menjadi lemas, hanya satu yang masih berdiri tegak, ******ku masih terasa menegang di vagina tante marie Menyadari hal itu tante marie kembali membalikan tubuhnya, lalu mengenjot pantatnya

Aku yang sudah tak kuat lagi berusaha melepaskannya, tapi seakan ingin balas dendam,tante marie menahan tangaku, dan ia terus menaik turunkan pantatnya Seakan tubuhku dialiri listrik yang keluar dari vagina tante marie, tapi ia tak mau tau, tante marie terus menaik turunkan pantatnya, hingga akhirnya ia orgasme buat yang ketiga kalinya

tante marie tampaknya juga kelelahan sehingga ia langsung merebahkan diri di atas dadaku, lalu setelah bericiuman aku memeluk tante marie dan tidur karena kecapean ******ku yang masih di dalam vagina tante marie perlahan mengecil dan akhirnya terlepas, dan dari vaginanya menetes cairan, aku tak dapat melihanya, hanya merasakan cairan itu di ******ku Melihat tante marie yang membiarkanya, aku pun melanjutkan tidurku

Saat aku terbangun, aku sudah diselimuti, dan tante marie tak tampak, lalu setelah berkeliling, aku menemukan dia sedang memasak telur di dapur, perlahan aku dekati dia, aku peluk dari belakang, lalu tanpa permisi lagi aku buka celananya lalu aku tusuk dari belakang, tante marie melenguh keenakan, ia mematikan kompor lalu berbalik dan menciumku

“Sabar dulu sayang, kita masih banyak waktu, sarapan dulu, biar kuat” ujarnya lembut, aku pun menungguinya masak dengan tetap telanjang sambil tetap mempereteli tubuhnya, toketnya, bahkan menusukan jariku di vaginanya yang sudah tak berpenutup

Kami sarapan bersama, aku hanya mengenakan celan pendek tante marie, sehingga selesai sarapan, tante marie dengan mudah menemukan ******ku dibawah meja lalu mengulumnya Hari itu kami melakukannya 3 kali, sampai hari menunjukkan pukul 2 siang

Kalau aku tak ingat ada janji dengan teman-temanku, aku pasti akan menyetubuhi tante marie lebih banyak.


Wednesday, July 25, 2018

Perjaka ku Di Ambil oleh Ibu Temanku [REAL STORY] | Cerita Dewasa

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id


Cerita Dewasa - Namaku ANJAS , Aku Seorang Pemuda Biasa berumu 17 , Gayaku yang Biasa saja Bahkan bisa di bilang URAKAN ini jika dipandang wanita mungkin tidak menarik. Aku mempunyai seorang teman dekat sebut saja Tomo.Dia merupakan teman dekat bahkan bisa dibilang seorang sahabat karib sejak kecil.Aku sering main ke rumah Tomo.Keluarganya yg baik & ramah membuatku betah jika aku berada di rumahnya.Ibu nya TOMO sebut saja Bu Mawar , Ibu 38 Tahun (kira kira) yg sangat baik terhadap anak nya bahkan Diriku ini sangat dimanja ketika aku bermain di rumah Tomo , sedangkan ayahnya adalah Pak Pai berprofesi sebagai buruh pabrik.

Suatu Saat aku Pernah ditawari Tomo untuk tidur di rumah nya , Pas banget waktu itu ada acara Bola dan yg bermain adalah klub sepakbola kesukaanku & Tomo tentunya.Akhirnya akupun setuju saja ketika di suruh untuk tidur di rumah Tomo karena di saat bersamaan ayah tomo ditugaskan keluar kota.Akhirnya tiba lah hari itu , aku sudah bersiap dengan “dandan’an”yang Rapih (maklum ini kan mau tidur di rumah teman , Sopan donk hehe).Namun aku tidak langsung ke rumah tomo , melainkan aku ingin mencari angin segar dan lagipula acara Sepakbola itu mulai dini hari.Pukul 7 malam aku sudah bersiap menanti Tomo untuk sekedar mencari angin & kami pun memutuskan untuk pergi ke angkringan , disitu kami pun ngopi ngopi sambil menikmati Gorengan yg ada.Kami Pun memutuskan untuk langsung Pergi ke rumah TOMO karena ibu nya sudah berulang kali Telfon & sms kalau hari sudah larut malam , memang tak terasa kami nongkrong sudah 4 jam lamanya (pukul 11malam).Sesampai nya di rumah Tomo kami pun langsung di sambut oleh ibu Mawar.
Bu Mawar : “kemana saja kamu , jam segini baru pulang , mamah di rumah sendirian sayang , tak ada laki laki di rumah ini , jadi maaf saja kalau mamah Was Was”
Tomo : “Maaf mah , aku habis nongkrong bareng Anjas di angkringan”
Bu Mawar : “oh”
Aku : “maaf bu , ini semua aku yg mengatur (dengan kepala tertunduk hehe)”
Bu Mawar : “Gpp sayang (sejak kecil memang dia memanggilku dengan kata sayang) , lain kali kalau mau pergi lama bilang ibu dulu ya”
Aku pun hanya mengangguk dengan sedikit senyuman.
Saat itu Bu Mawar hanya menggunakan Kaos Ketat berwarna Putih & Celana Pendek (kira kira sepaha gan).Sengaja kucuri curi perhatian ke arah Payudara Bu mawar yg pada saat itu mengenakan BH berwarna hitam.”Wah kenapa dengan ku , kok rasanya ada yg beda dengan bu mawar” gumamku dalam hati.

Akhir nya kami masuk rumah , sembari kami menunggu acara bola , Tomo pun memutuskan untuk tidur dulu & minta di bangunkan oleh aku.Tiba Tiba saja aku mendadak ingin Kencing , lalu kuputuskan untuk pergi ke kamar Mandi , Saat itu keadaan rumah Gelap , karna sudah biasanya orang rumah ini tidur dengan keadaan gelap.Aku pun hanya menggunakan Senter dari HP.Aku pun tiba di depan WC , namun keadaan WC terkunci.Akhir nya aku pun mengetuk pintu WC itu dan Sedikit bertanya apakah ada Orang , dan ternyata Bu Mawar sedang buang air kecil.Aku pun terpaksa menunggu , namun aku sudah sangat tidak tahan , kemudian aku pun bertanya kepada Bu Mawar.
Aku : “bu bisa cepetan diki ga , anjas udh g tahan nih”
Bu Mawar : “oh iya iya”
dan akhirnya bu Mawar keluar dari WC.Aku pun lega.Setelah kencing , niatku hanya langsung menuju Kamar TOMO , namun tanpa Kusangka ternyata Bu Mawar belum beranjak dari depan pintu WC.
Aku: “lho , ibu kok blm masuk”
Bu Mawar : “nunggu kamu , aku takut”
Aku : “loh bukan nya tadi ibu berani sendirian ke WC (terheran heran).
Bu Mawar : “gpp kok , ibu cuma ingin masuk bersama mu saja Njas (dengan sedikit senyuman”.
Ohhh tidak , Penisku menjadi tegang gara gara melihat Buah Dada bu Mawar yg lumayan besar yg tertutupi BH hitamnya.Aku pun menjadi pucat karena Malu kalau ketahuan Penisku ini sudah Ngaceng berat.
Bu Mawar : “ayo masuk”
Aku : “i..iii ya , dengan perlahan lahan aku berjalan”
Bu Mawar : “kamu kenapa Njas (tanya bu Mawar)”
Aku : “ehh Anu bu , Gpp kok”
Bu Mawar pun cuek saja.

Sesampai nya di depan kamar bu Mawar. (kamar Tomo berada di depan , sedangkan kamar Orang tuanya berada di Tengah).
Bu Mawar : “kamu mau ga temenin ibu tidur?”
Aku pun sangat terkejut.
Aku : “hah , apaan bu ga denger aku nya (pura pura bego”
Bu Mawar : “Kamu mau ga temenin Ibu Tidur , ibu takut sendirian sayang (dengan sedikit senyuman)”
Aku : “ehhmm tapi Bu .. TOMO gimana nan..”
Bu Mawar : “sudah ayo masuk saja tidak apa apa (sambil menarik kaos ku).
Aku sedikit gemetaran , apakah maksud bu mawar ini , dan aku pun pasrah karena tidak mungkin aku menolak nya (tdk enak gan).
Malam itu terasa sangat Panas , akhir nya aku meminta izin untuk membuka jendela ventilasi rumah
Aku : “Bu ini Ventilasi nya di buka sedikit ya , Gerah banget”
Bu Mawar : “oh ya sudah buka saja , senyaman mungkin lah kamu di rumah ini Njas , mumpung suami ku tidak berada di rumah”
Aku :”hehehe iya bu (sedikit senyuman)”.
Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam , dan sampai saat itu pun aku blum bisa tidur , dan aku jg memikirkan tomo yg ingin dibangunkan nanti jika acara bola nya sdh mulai.
Kamar bu Mawar ini lumayan Besar , Rapih dan Bagus.Bu Mawar tidak menyarankan aku untuk menyalakan AC & Kipas angin (aku pun hany mengikuti saja).
Bu Mawar : “belum tidur kamu Njas”
Aku : “blum bu panas banget ni padahal ventilasi udh di buka , aku kira ibu sudah tidur daritadi”
Bu Mawar : “klo memang masih panas , di buka aja Baju nya , ibu ndak bisa tidur , insomnia mungkin”
Aku : “emang gpp bu kalo baju Anjas ni di buka? , oh insomnia to (dengan lugu nya gan “D)”
Bu Mawar :”gpp sayang , buka aja , buat senyaman mungkin saja , iya ibu sering insomnia ga tau kenapa , mungkin saat ini gara gara ada kamu”.
Memang sebelum nya aku blm pernah tidur di rumah Bu Mawar ini.
Aku :”oke deh.eh sekalian celana boleh ga Bu , kan gerah pake Levis”. Aku pun pura pura tidak perkataan yang tadi Bu Mawar. katakan.
Bu Mawar : “ehmm .. it’s oke”
lalu kubuka kaos & celana ku , kni aku hanya di balut dengan celana dalam.

Tiba tiba timbul pikiran kotor ku.
Aku : “Bu apa ibu ga gerah dengan pakaian seperti itu?” tanyaku.
Bu Mawar pun kaget.
Bu Mawar : “sebener nya sih Gerah njas , tapi apa engga apa apa klo ibu buka”
Aku : “lho gpp lah bu , emg kenapa , kan ibu yg punya rumah , jadi terserah ibu donk”.
Bu Mawar : “sekalian celana ya (sedikit kedipan mata)”
Dibukalah baju & celana bu Mawar.WOOOOOOOOOW dalam hati ku , tubuh nya indah banget , payudaranya jg montok , bokong nya pun kencang , maklum mereka hanya punya 1 anak yaitu cuma TOMO.
Bu Mawar : “gimana , gpp kan ? suka ga klo ibu kaya gini”
Aku : “suka bu , cantik banget klo penampilan ibu kaya gini”
Bu Mawar pun hanya tersenyum Malu mendengar perkatan ku.
Aku : “bu , kita jangan 1 ranjang ya tidur nya”
Bu Mawar : “engga , pokok nya 1 ranjang (dengan nada kesal mendengar perkataanku)”.
Aku : “ya udh deh klo itu mau nya ibu”

Bu Mawar hanya tersenyum.Kemudian kami pun langsung menuju kasur empuk dan kami hanya di balut selimut (untuk 2 orang gan).Jantung ku merasa berdebar debar , darahku serasa naik , Hangat sekali rasanya”.Karna sudah memuncak , Penisku menjadi Keras dan ingin rasanya ku muncratkan sperma ku ini di payudara Bu Mawar.Karena sudah tidak tahan , ku coba untuk mengocok Penisku ini , namun secara perlahan lahan takut bu Mawar terbangun dair tidurnya.Sambil ku kocok , ku lirik payudara bu Mawar yg lumayan Besar.Shiit Dammmn tanpa kusadari ternyata bu Mawar belum tidur..
Bu Mawar : “lagi ngapain kamu Njas (sambil tersenyum”.
Aku : “ehmm ,,aa ann,,anuu Buu”Tegang banget disini.
Bu Mawar :”Ibu tau kok yg Kamu Lakuin , Kamu Terangsang yah gara gara ibu memakai pakaian seperti ini”.
Aku : “engg..ehh iyya bu sedikit”.
Bu Mawar :”Ibu sengaja pancing kamu untuk menemani ibu tidur , Ibu sudah jarang di sentuh oleh Suami ibu”
Aku :”ooo.h..oohh”
Bu Mawar :”Jadi , Mau kah Kamu Njas”tanya bu Mawar padaku.
Aku :”ehh ,, Mmm MakSuud ibu ap..appa”pura pura bego.
Bu Mawar :”udah lah jgn berlagak gitu ahh , ibu jg tau kok klo kamu…”
Aku : “iii ..iiyaa Bbbu”.

Tanoa Basa Basi , Bu Mawar langsung membuka Selimut yg menutupi kami ber 2.Disini aku pun terus terang karena aku belum pernah melakukan hal seperti ini.
Aku :”Bu , aa..n.u , sblumnya anjas blm pernah ngelakuin kaya gini”.
Bu Mawar :”ohh bagus donk , Pasti bisa banyak nih muncrat nya”
Aku :”iii.y.a bu”
Langsung saja bu Mawar membuka celana dalam ku , dan dia pun terkejut karna ukuran Penis ku yg lumayan besar , katanya sih punya suami bu mawar ini kalah jauh.
Bu Mawar :”suka banget sama Penis mu sayang , punya suami ibu kalah jauh”
Aku :”eemang iya bu? (sedikit senyuman)”
Bu Mawar : “iya donk ..”
First , Bu Mawar langsung melumat bibir ku ,.
Bu Mawar :”ayo mainin bibir mu njas”.
Aku :”emmh iya bu”
setelah 10 menit kami Berciuman , Tangan bu indah pun langsung menuju ke penisku.
Bu Mawar :”aduuh ibu jadi geregetan , penismu bagus sekali sayang”
Aku :”hehe”
Bu Mawar :”ini di BJ aja dlu ya , klo baru pertana kali , biasanya ga lama”
Akukarna blm tau BJ , aku pun hanya mengangguk)
Wow pintar sekali bu Mawar memainkan Penis ku , tak lama kemudian …..
Aku :”Bu ..aaakkk…uuu”
semakin cepat saja bu Mawar mengocok Penisku,Dannn Ahhhh , Akhir Spermaku berceceran di muka Bu Mawar.
Aku :”makasih buu , cukup kah segini saja?”
Dia blm menjawab pertanyaanku , karna sedang sibuk membersihkan sperma yg ada di penis & menjilati seluruh Spermaku yg berada di Payudara nya.
Bu Mawar :”eiits tunggu dlu donk sayang , ini mah belum apa apa”
Aku : “maksud nya?”

Lalu bu Mawar membuka BH & CD nya . Dan WOW aku terkagum kagum.Tak lama kemudian Bu Mawar Duduk & bersandar.Lalu dia menarik Kepala ku , tepat di hadapanku Vagna yang sangat bagus milik bu Mawar , Rapih gan tercuku dan masih lumayan karna jarang di sentuh suami nya.
Bu Mawar :”Jilat Vagina Ibu Njas”
Aku :”iya bu”
Kemudian aku pun Menjilati Vagina Bu Mawar TERSAYANG (hehe).
Bu Mawar :”Ahhh ,, Uhhh ,, “sambil menjambak rambutku.
tak berapa lama , Bu Mawar menyuruh ku untuk berhenti , (shiit padahal lagi enak enaknya , tapi apa boleh buat).
Bu Mawar :”masukin ya”
Aku :”iya bu”
karna baru pertama kali melakukan nya , aku pun masih kesusahan (hehe).Bu Mawar pun tersenyum melihat ku kesusahan memasukan Penisku ke dalam Lubang Vagina nya.
Bu Mawar :”Yeee .. Susah ya?”
Aku :”iiya nih bu ,,, maap ya karna baru pertama kali”sambil tersenyum.
Bu Mawar pun memegang penis ku , dan mengarahkan nya ke Vagina milik nya.Sleeep Akhir nya masuk juga [] .
Bu Mawar :”Tekan , lalu gerakin ya Njas”.
Aku :”iya bu , tapi sambil di ajarin ya”
dan Bu Mawar pun Hanya mengangguk.Aku tekan tekan Penis ku dan Memain kan nya.
Aku:”Begini bkn bu?”
Bu Mawar :”iya sayang , nanti klo mau keluar di percepat dikit ya gerakan nya”
Ahhh Ohhh ummmHHH ahhhh Anjaas ahhhh Uhhh Ummh ucap bu Mawar..
Aku:”ahh buuu ,, emmhh”
Kemudian aku melepaskan Batang Penisku dari Vagina Bu Mawar.
Bu Mawar :”Lho kenapa ?”
Aku :”Ganti Posisi ya”
Bu Mawar :”Y udh … Anal aja ya”
aKU :”apa itu bu”
Bu Mawar :”Kamu tusukkan Penismu ke Anus Ibu”
Aku:”Ohh .. iya bu”
Kemudian Bu Mawar pun membalikan Badan nya , Disini aku sudah sedikit lihai karna tadi sudah di ajarkan oleh bu Mawar.Sleeep Masuk jg.
Aku Mainkan Penisku ,
Aku:”ahhh buu ,, ummh nikmatt bu ahhh oouuhh”
Bu Mawar:”ahhh .. terus sayang ahh woow .. buat ibu puas malam ini”
Aku:”Buuu klo di keluarkan di dalam bagaimana?”
Bu Mawar :”Keluarkan saja tidak apa apa .. Ouuuhh Ahhhh Emmmh Sayanngg”
Sekitar 5 menit …..
Aku:”Buu Akkkuuuu KelllluuArrr”
Bu Maya :”ahh ahhhhh ohhhhh ahhhh sayaangg emmmmhhh ahhhh”
Crooot Croot ,, spermaku pun keluar di dalam.
Bu Mawar:”jgn di lepas , biarkan saja , tunggu mengecil sendiri”
Aku :”Ahhhh ,, Capek & Lemes nih Bu”
Setelah Penisku mengecil sendiri , akhir nya kucabut.Lalu Kami ber 2 berbaring bersama.
Bu Mawar :”Makasih banget Njas ,, malam ini ibu Puas”(kemudian mengecup bibirku).
Aku:”Sama Sama Bu ,, baru pertama kali Anjas ngelakuin kaya gini ,, Makasih banget”
Bu Mawar :”Iya sayangg”(dengan senyuman manja ny)

Lalu Aku pun memakai Kaos & Celana ku kembali , tapi Bu Mawar masih Berbaring di tempat tidur nya mungkin dia kelelahan.Waktu sudah menunjukan Pukul 02.00.
Aku:”Aku ke kamar TOMO dlu yah Bu , takut dia marah”
Bu Mawar :”iya sayang , jgn bilang bilang ya (senyum gembira nya  ) , sini mendekat sebentar.
Kami melakukan Kissing sekitar 5 menit , aku pun bergegas ke kamar Tomo & melambaikan tangan ku ke arah Bu Mawar , dan dia pun hanya tersenyum

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id

Perkasanya tetanggaq | Cerita Dewasa

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id


Cerita Dewasa - Aku Sintia, aku tinggal disatu komplex perumahan. aku kerja sebagai karyawati disatu perusahaan asuransi jiwa terbesar disini. Aku resminya si dah nikah, tapi dah ampir 2 tahun kosong terus. Suamiku punya bisnis yang cukup sukses, dia sangat menekuni kerjaannya, sehingga jelaslah kalo sukses dalam segi materi. Cuma dia tu sangat workaholik sehingga kerjaan menjadi istri pertamanya sedang aku istri yang gak tau deh ke brapa. waktunya abis untuk ngurusi kerjaannya, tiap ari larut malem baru pulang, weekend juga lebi sering ngurus kerjaannya daripada ngegelutin aku, gak heran deh kalo aku kosong trus dan 2 tahun dikawinin juga. Temen2 kantor suka ngeledekin aku jablay, ya memang bgitulah adanya, aku cuman senyum ja kalo diledekin gitu, padahal aku menggebu2 nunggu siapa yang mo blay aku, tapi aku malu untuk mulai duluan. temen2 lelaki di kantor si banyak yang oke punya, tapi ya itu, aku mulai untuk inisiatif duluan dan temen2ku juga sopan2 banget untuk mengajakku kearah yang nikmat itu. Jadilah jablayku berkepanjangan.

Kalo weekend, aku suka jalan pagi ma temen deketku di komplex rumah, dia suka ngasuh anjingnya, gak tau deh ras apa, bagus si anjingnya, besar, bulunya panjang2 tapi bukan herder atawa doberman. Aku taunya cuma 2 ras anjing itu aja, yang laennya walahualam bisawab. Sebenarnya aku takut ma anjing besar gitu, tapi kayanya si gak galak. cuman kalo ketemu dia suka menciumi kakiku dan kadang menjilat betisku, aku suka menggelinjang dijilat gitu, sayang anjing yang ngejilatin hihi. Sering juga si kalo lagi jalan pagi ma temenku aku ktemu ma tetanggaku selang satu rumah dari rumahku. Tu bapak rajin jalan pagi, umurnya 40an kayanya si, seumuran misua gitulah, cuman liat badannya tegap atletis, ganteng pula, seneng ja aku ngelihatnya. Coba ja dia mau blay aku, hihi ngarep mode on ni ye. Kalo ktemu cuma berhai hai basa basi gitu. Aku manggil dia pak dan dia manggil aku bu, formal banget ya.

Sampe satu pagi weekend, dah terang si, aku telat keluar rumah sehingga gak ktemu temeku lagi. Memang si temenku biasanya jalan masi gelap. etika jalan didepan rumah si bapak, dia keluar rumah. “Mo jalan pagi ya bu, kok siang?” sapanya. “Iya ni pak, kesiangan, bapak juga tumben siang”. “Iya liat ibu jalan ndirian ya makanya aku kluar juga, jalan bareng yuk”. “Oke pak. Manggil aku Sintia aja deh pak, jangan bu sgala, kan Sintia masi muda blon ibu2”. “Iya, masi muda, cantik, sexy”. “Masak si pak, badan kecil gini, apa sexynya”. “Ya sexylah Sin, biar kamu imut tapi kan body kamu proporsional banget, itu namanya sexy juga”. Aku seneng ja dipuji gitu, soale yang dirumah gak perna muji aku. “Tersanjung ni Sintia pak”. “Gak nyanjung kok, memang kenyataannya gitu. Kamu kok gak perna kliatan misuanya Sin”. “Dia sibuk banget pak, jarang dirumah deh”. “Wah jablay dong ya”. “Iya ni, temen2 kantor juga bilang gitu. Bapak ndiri kok lebi sering kliatan dirumah, kerjanya dari rumah ya pak”. “Aku partner ma temenku, dia yang operasional, jadi aku skali2 ja kekantor kalo mo miting atao ada keperluan bisnis laennya”. “Wah enak dong pak, masi muda dah bisa snatai, tiap bulan tinggal nrima berjut jut ya pak, bole tu dibagi ke Sintia”. “Dia tertawa saja, “Jut jut panya”. “Iya ya masak cuman jut2, ratusan jut harusnya”. “wah itu mah gak sebulan lah Sin. Trus kamu ngapain ja kalo malem”. “Ya bengong ndirian ja pak, pulang, makan, beberes, liat tv trus bo2, mo ngapain lagi”. “Bosen dong ya”. “Banget, bapak ndiri pa gak bosen dirumah terus”. “Aku si ada ja yang dikerjain, kan kerjaan kantor suka dikirim kurir ke rumah”. “Kayanya bapak juga ndirian dirumah ya”. “Iya si, keluarga gak mo diboyong kemari, jadi ya pisah rumah deh, paling sebulan sekali aku kesana”. “Dimana si pak kluarganya”. Dia menyebutkan satu kota. “Oh gak jauh dong”. “Iya si, tapi kalo nglaju tiap ari mah cape lah, palagi macetnya itu lo”. “wah setornya sebulan sekali dong pak”. “Setor paan”. “Ya setor duit dan setor yang satu itu”, sengaja aku mancing2 dia. “Yang satu paan si”. “Pura2 gak tau ja ni sibapak”. “beneran gak tau tu”. “Masak si, Sintia jadi malu ni ngomongnya”. “Kok malu, kan masi pake baju, kalo bugil baru malu, apa enggak ya”. Kami tertawa aja. “masak bugil gak malu si pak, kalo dikamar ya enggak, tapi kalo depan bapak ya malu lah”. “Kok malu, coba deh bugil, ntar saya blay”, dia tertawa, wah dia mulai anget juga neh ngomongnya. “Mangnya bapak mo liat Sintia bugil didepan bapak, trus nanti diperkosa lagi”. “Kan kamu maunya kan”. “Ya gak lah pak, masak diperkosa, yang romantis2 gitu dong”. “Beneran mau yang romantis? aku juga mau kok”. Wah dah nyambung ni ngomongannya, tapi aku masi jual mahal.

“Ntar bapak kecewa lagi kalo dah liat Sintia bugil”. “Kayanya si enggak, liat dari luar ja dah sexy gini, palagi kalo dibugilin”, dia menggandeng tanganku dan mengajakku pulang. wah dah gak nahan dia rupanya. “Pak, ntar diliat tetangga, masak kita gandengan”. Dia melepaskan gandengannya. “Kita keluar aja yuk, jangan dirumahlah kalo mo berbugil ria”. Aku diem aja, wah kejadian ni, asik. “Mangnya bapak mo ngajak Sintia kemana”. “Kevila aja yuk, punya temenku, jarang banget ditinggalin, gak jauh kok”. Aku cuman ngangguk. Sampai dirumah kita janjian ktemu digerbang komplex aja supaya gak menyolok pergi bareng. Aku masuk rumah beberes ja, aku bawa bikiniku dan seperangkat baju ganti dan dalemannya, kosmetik ringan juga aku masukin ke tas kecilku. Aku memang dandannya yang simel2 saja sehingga gak banyak perlu kosmetik, hemat kan jadi prempuan kaya aku. Deket rumahku ada ojek mangkal, segera saja aku minta tukang ojek nganter aku keluar komplex. Diluar gerbang komplex, kulihat mobil si bapak dah nunggu. aku turun dari ojek dan bayar ongkosnya. Setelah yakin gak da yang memperhatikan aku segera aku menyelinap masuk mobilnya. “Bawa apaan tu Sin”. “Baju ganti pak”. “Mangnya perlu pake baju ya”. “Ih si bapak”, kataku manja sambil mencubit lengannya. “Kita cari sarapan dulu ya Sin”. “terserah bapak aja deh”. “Manggilnya jangan bapak lah, formal amir”. “Kok gak hasan pak”. Dia tertawa, ngerti maksudku apa dengan hasan. “Abis musti manggil apa, om deh ya, kan om lebi tua dari Sintia”. Dia senyum2 ja mendengarnya. Dia ngajak aku mampir di warung bubur ayam. “pernah makan bubur dimari Sin”. “Blon perna om, om tau aja tempt makan enak”. “ya kudu tau lah”. Memang enak banget bubur ayamnya, setelah makan dia ngajak aku ke mini market deket warung bubur ayam itu, beli camilan, mi nstan, minuman dan keperluan divila. Katanya si vilanya gak da papanya. “Makanan beli disana aja ya, deket situ ada warung sunda kok, enak makanannya”. “atur aja deh om”. Mobilpun mluncur menuju ke tekape. Di jalan aku becanda2 ja ma si om, dia humoris sehingga aku suka terpingkal2 mendengar guyonannya yang vulgar2 itu. Tangannya sering ngelus2 pahaku yang masi dilapisi jins ketat. “Dah gak sabar ya om”. Dia cuma senyum sambil mencubit pelan pahaku, sehingga aku menggelinjang.

Sesampainya aku disana, hari sudah lewat tengah hari. “Kita cari makan dulu yuk say”. “Kok say si om”. “Iya aku kan sayang ma kamu”. “wah senengnya disayang ma lelaki ganteng”. “Mangnya aku ganteng ya say”. “Banget, dibanding ma yang dirumah. Bodi om asik lagi, gak krempeng”. “Bwahnya juga asik kok say”. aku senyum aja sambil ngebayangin kaya apa kontolnya kalo dah ngaceng, jadi horny deh. Warung yang dibilang sibapak menyediakan makanan prasmanan, serba sunda, makan tinggal nyomot2 lauknya aja. Kenyang banget deh kalo maen comot makanan, abis smuanya kliatannya enak si. Si bapak membayar bil makanannya dan segera meluncur ke vila temennya. Gerbangnya tertutup, si bapak membunyikan klakson 4 kali, dari balik gerbang muncul bapak2 tua, dia manggut ke bapak dan membukakan gerbangnya. Bapak tua tu yang membersihkan dan nungguin vila. “Dah beres semuanya gan, makanan ada di meja, saya pamit dulu ya gan”. Si bapak kulihat menyelipkan uang warna merah 2 lembar ke tangan si bapak. “makasih banyak pak”. Tu bapak tua segera menutup gerbang vila dan tinggallah kami berdua disitu.

Vilanya gak besar, halaman depannya kecil, tapi cukup untuk menampung 2 mobil, pager tinggi melingkari bangunan. Tapi di bagian belakangnya luas sekali, dipenuhi pepohonan rimbun, bahkan ada pool yang cukup besar. ada beberapa payung dipinggir pool dan ada saung yang dipenuhi dengan taneman merambat, romantis sekali suasananya. Dipojokan halaman ditempat yang agak tertutup kulihat ada mesin cuci pakean dan rak buat ngejemur pakean. Ruang dalem sebra minimalis, ada ruang besar yang berfungsi sebagai ruang keluarga dan ruang makan lengkap denga peralatan audiovisual dan lemari es serta dispenser, dapur dengan peralatan memasaknya, dan 2 kamar tidur besar dengan kamar mandi didalem. Kamar mandinya serba alami, ada gentong dengan ciduk batok kelapa, wastafel dan kaca rias. Ada juga shower dibagian kamar mandi yang terbuka. Kamar mandinya ternyata nyambung dengan pool dibelakang. Efisien banget ngatur pembagian lahannya, abis brenang bisa bebersih di kamar mandi, langsung masuk kamar, gitu kali maksudnya ya. Kulihat di meja makan sudah tersaji hidangan ala sunda juga, karena sudah makan ya buat ntar malem aja. Ada microwave oven sehingga gak ribet kalo mo ngangetin.

Segera aku menuju ke kolam renang. “Say, kamu bawa bikini gak, tuker dulu gih sana”. aku mengambil bikiniku dan segera menuju kekamar mandi. Ketika keluar berbikini ria, kembali dia menyambut dengan vulgarnya, “Wah say, bener2 napsuin kamu”. Langsung aja aku tenggelam dalam pelukan si bapak. Dia meletakkan tangannya di pahaku, tangan itu merabai pahaku secara perlahan sambil tangan satunya merangkulku dan mulai mremas tokedku. “Kan toked Sintia gak besar, kok om jadi napsu ngeremesnya si”. “kamu kan imut, pasti punya kamu juga rapet banget, jarang dipake kan”. aku meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leherku, ke atas terus menggeliitik kupingku dan menyapu wajahku. Dia memegang tanganku dan meletakkannya diatas gundukan besar diselangkangannya yang masih tertutup celpen. Kuremas gundukan itu, “wah om besar banget si”. “Mangnya punya misua kecil ya say”. “besar juga si, tapi punya om super besar dan panjang lagi, apa muat segini dimasukin di mem3k Sintia”. Bibirku dipagutnya, kami berciuman dengan hot, lidah kami keluar saling jilat dan belit. Sambil berciuman, dia mengurai ikatan bra bikiniku sehingga tokedku terekspos sudah. Dia langsung mencaplok toked kiriku dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu. Tangan satunya mengorek-ngorek memekku dari samping cd bikiniku yang minim sambil mengelusi punggungku. Dia masih terus menciumiku, lidahnya terus menyapu rongga mulutku, begitu pula aku dengan liar beradu lidah dengannya. Jempolnya menggesek-gesek pentilku diselingi pencetan dan pelintiran. Aku sendiri makin intens mremas kontolnya. Kini dia suruh aku merunduk (sehingga posisiku setengah berbaring ke samping) dan mengemut kontolnya. Dengan bernafsu, aku melayani kontolnya dengan mulut dan lidah, mula-mula kujilati buah pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja aku gelitik dengan lidah dan kukulum sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil mremasi tokedku. Ikatan cd bikiniku diurai juga sehingga dengan mudah dia bisa mengobok-obok memekku dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek akibat perbuatannya, cairanku nampak meleleh keluar dan membasahi jarinya. “Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desahku disela-sela aktivitas menyepong.

Kemudian dia rebahan di matras dan dia suruh aku naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati memekku, posisi 69 gitu. Kontolnya terus kukocok-kocok sambil mengemut pelirnya. Aku menyentil-nyetilkan lidah pada lubang kencingnya sehingga dia mengerang nikmat. “Ayo dong say, aku masukin ya, jangan cuma dibikin geli gitu” katanya sambil menekan kontolnya masuk ke mulutku, aku membelakak karena sesak. Aku memaju-mundurkan kepalaku mengemut kontolnya. Mulutku penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahanku tertahan. dia menjulurkan lidahnya menyapu bibir memekku. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahaku, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati tokedku. pinggulku yang meliuk-liuk keenakan. Lidahnya menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua jari untuk membuka bibir memekku dan disapunya daerah itu dengan lidahnya. Memekku jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairanku sendiri. “Emmh.. Emmhh.. Angghh!” aku mendesah tertahan dengan mata merem-melek. Cairan bening meleleh membasahi memekku dan mulutnya makin mendekat ke selangkanganku dan menyedot memekku selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuhku menggelinjang hebat dan sepongan terhadap kontolnya makin bersemangat.

Puas menikmati memekku, dia mengambil posisi duduk dan menaikkan aku ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir memekku sedangkan yang lain membimbing kontolnya memasuki liangku. Aku menurunkan tubuhku menduduki kontolnya hingga melesak ke dalam diiringi eranganku panjang. Terasa sekali benda bulat panjang nesar itu membelah memekku yang blon perna kemasukan kont0l sebesar itu. Diapun juga melenguh nikmat akibat jepitan memekku yang kencang itu. Aku mulai naik-turun di pangkuannya, tokedku diremasi dengan gemas. Aku terus menaik-turunkan tubuhku dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutku menceracau tak karuan. Makin kerasa desakan kontolnya yang selain besar juga panjang sehingga seakan2 meembus masuk ke perutku. “Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongku dengan kepala mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhku yang mengejang, kudekapnya kepalanya erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan tokedku. Aku ambruk di pelukannya dengan kont0l masih tertancap. Dia mendekapku dan mencumbuku mesra, lidah kami berpaut dan saling menghisap. Dia mengambil minum dari dalem rumah, diberikannya ke aku dan langsung kutenggak sehingga abis. “Wah exhausted ya say”. “iya om, kan abis kerja keras. om belon ngecret tu”.

Aku direbahkannya kematras. Kedua pergelangan kakiku dipegangnya lalu dia bentangkan pahaku lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisku ke bahu, dia menyentuhkan kepala kontolnya ke bibir memekku. Kembali memekku diregangkan maksimal untuk menampung kont0l besar yang menerobos masuk. Dia kembali mengerang nikmat akibat jepitan dinding memekku. “Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih” erangnya ketika melakukan penetrasi. Dia mulai menggerakkan kontolnya pelan, aku merespon dengan rintihan. Dia menaikkan tempo permainannya, disodok aku sesekali, digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya mremasi pantatku. Aku semakin menggeliat keenakan, desahanku pun semakin mengekspresikan rasa nikmat Dia merundukkan badannya agar bisa menyusu dari tokedku, diemut-emut dan ditariknya pentilku dengan mulutnya.

Sekitar limabelas menit kemudian aku mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksku. Tapi dia tanpa peduli terus menggenjotku hingga beberapa menit kemudian. Diapun mulai mengejang, “Crot dimana say”. “Didalem ja om biar tambah nikmat”. “hehhhh”, desahnya ketika dia menancapkan kontolnya dalam2 di memekku dan kemudian terasa sekali semburan pejunya yang banyak banget. Dia rebah menindihku. “Nikmat banget say”. aku seneng ja dipuji kaya gitu. “Sintia juga nikmat banget om, masi ada ronde kedua kan om”. Dia hanya menggangguk dan mencium bibirku. Karena lelah berbaur nikmat, aku jadi terlelap di saung itu, waktu aku bangun hari dah gelap, lampu saung blon dinyalakan. Aku segera bangun dan menuju ke rumah. aku mandi dulu menyegarkan badan. selesai mandi aku keluar hanya mengenakan t shirt kedodoran yang menjadi semacam rok mini buat aku, didalemnya tentu ja polos.

Si om lagi ngangetin makanan di microwave oven. “Dah laper lagi ya say, kan kerja keras barusan”. Aku cuma ngangguk. Selesai ngangetin makanan, dia pergi mandi sedang aku melahap makanan. Selesai makan, si om belon kluar dari kamar. Aku duduk di sofa sambil ngeliat tv, pake parabola tentunya. Aku mencari film dari channel yang hanya memutar film, pastinya di channel filmnya puti semuanya, gak da yang blau. Tak lama lagi, si om kluar hanya dengan lilitan anduk dipinggang. dia mendekati dan memelukku, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam kontolnyanya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi. Segera saja tshirt yang kukenakan sudah terlepas. dia masi ja terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku. “Say cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..” komentarnya terhadap jembutku yang secara berkala kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang. Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan memekku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus. “Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh memekku. Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada memekku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu itilku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa.

Sementara tangannya terus mremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk pantatku. Aku mengerang sambil mremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati memekku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok tokedku, pentilku dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke memekku. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang memekku.

Selain tokedku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari kontolnya, benda itu kini telah mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari memekku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku. Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin memburu ketika kontolnya menyetuh bibir vaginaku. “Cepet om, masukin dong, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya. Karena mejanya pendek, si om harus menekuk lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan kontolnya. Aku menjerit kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai membelah lubang memekku. Selanjutnya kami larut dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja. Tokedku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang kasar. Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.

Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua tokedku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja. Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di meja. Namun sepertinya dia masih belum selesai, nampak dari kontolnya yang masih tegang.

Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai. Dia kemudian menggendong tubuhku dan membawaku ke kolam. “Say, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajaknya. Aku menganggukkan kepala menyetujuinya walaupun diluar sudah gelap, hanya diterangi lampu yang ada di saung sehingga cahaya hanya remang saja. diapun melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air. Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Dia kembali menghampiri dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. Kontolnya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan kontolnya ke memekku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah kont0l itu kembali ke memekku.

Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah menatap langit yang sudah gelap dan mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat tokedku dan mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan. Dia memang sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah membuat aku klojotan. Aku sudah mulai kecapekan karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan kontolnya dengan dinding memekku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan dia. Pejunya yang hangat mengalir mengisi memekku. “Say keluar nih aku. ngentotin kamu nikmat banget deh. Mem3k kamu peret abis sehingga kerasa banget empotannya.” “abis kontol om besar si. Sintia kan baru sekali ini ngerasain kont0l segede punya om, terang ja peret banget jadinya.” Setelah napas ngos2anku mereda, kami keluar kolam, aku diajak ke kamar. Karena cape, aku sbentar saja sudah terlelap diranjangnya yang besar, masi telbul tentunya.

Ketika aku terbangun, hari dah terang kayanya, sinar matahari kelihatan menembus gorden kamar. Si om masuk membawa nampan berisi toast, kopi dan creamernya serta gula. “Sarapannya ini aja ya say. Kamu tidur nyenyak sekali”. “Iya om, kan kemaren kerja keras ma om, baru sekali ini ada kont0l XL yang ngaduk2 mem3k Sintia sampe terkapar gini, bentar lagi maen lagi ya om”. “wah kamu hyper juga neh, makan dulu lah”. “Bukannya hyper om tapi memanfaatkan kesem0patan sebaik2nya”. Dia tertawa. Dia melapisi toast dengan mentega kemudian mengoleskan sele nanas buat aku. Kemudian dia menuangkan creamer kedalam kopi dan menambahkan sesendok teh gula, diaduknya dan diberikannya juga ke aku, “Kalo kurang manis tambah gulanya ndiri ya”. “Sintia kan dah manis om, gak perlu gula lagi”. “Kamu bukan cuma manis, tapi nikmat banget In”. Kami berdua pun melahap semua yang dihidangkannya. “Dah kenyang om, skarang….” “Waktunya have fun”. Dia duduk selonjoran di ranjang dan mendekap aku yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Toked kiriku segera dipencet-pencet dan dimainkan pentilnya. Pahaku terbuka lebar dan dipangkalnya tangannya bermain-main diantara kerimbunan jembutku, mengelusi dan mengocok dengan jarinya. Tak ketinggalan bahu kiriku yang dicupangi olehnya. Aku hanya mendesah dengan ekspresi wajahku menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat. aku kemudian menelungkup diselangkangannya.

Akupun menggenggam kontolnya dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan menjilati hingga basah kepala kontolnya, lalu menciumi bagian batangnya hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya dengan tanganku. Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Dia menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat kontolnya kukulum dan kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal.

Kemudian dia memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat kontolnya. Aku berbaring telungkup diranjang, dia menaikiku lalu menciumku sembari mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil. Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat kemudian dia
menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh memekku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok itilku. Rambutku dia sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.

Dia mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku merasakan benda tumpul menyeruak ke memekku. Aku terpejam menghayati moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima hujaman-hujaman kontolnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar kontolnya dimemekku, rasanya seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku selalu mendesah: “Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!” Kocokannya padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme dahsyat, sementara dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar menyodokku.

Tanpa melepas kontolnya dia baringkan tubuhku menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini kontolnya menancap lebih dalam ke memekku. Selangakanganku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan. Sambil terus menggenjot, dia menyorongkan kepalanya ke tokedku, pentilku ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding memekku makin berdenyut. “Ayoo.. om, terus.. Sintia sudah mau..!” desahku dengan nafas tersenggal-senggal. Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat2. Desahan panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku. Dia melepas kontolnya dan menurunkan kakiku, pejunya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh tokedku hingga basah mengkilap. Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala kontolnya di bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan sisa-sisa pejunya kutelan saja.

Akhirnya kami pun terbaring bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun dengan cepat karena ngos-ngosan. “Napa gak dingecretin didalem om, kan lebi nikmat”. “Buat variasi ja say”. Selesai itu, kami bebenah. Terbayar deh rasanya blayku sekian lama, mulai hari ini aku gak akan jablay lagi karna ada tetangga perkasa yang bisa memuaskan aku yang selama ini ditelantarkan misua.

http://www.makmur99.net/app/Default0.aspx?ref=pololo321&lang=id

 
close
PKVSport